Chapter 25: Meeting

2.4K 273 4
                                    

Fidel menarik tangan Brianna ketika gadis itu baru keluar dari ruang kerja Pak Melviano. Setengah diseret sahabatnya, Brianna hanya bisa pasrah. Fidel membawanya menuju ruang meeting yang kosong. Lexy yang melihat mereka lewat, bergegas mengikuti.

"Apa sih?" Protes Brianna.

"Diem. Cerita aja sama kita. Tadi lo bilang apa? Nggak resign kan?" Fidel membekap mulut Brianna yang memprotes kenapa dia diseret ke ruangan ini.

"Jadi gue diem apa ngomong nih?" tanya Brianna bingung.

"Sekarang boleh ngomong. Eh tunggu dulu. Muffliato!" Fidel melambaikan tangan ke arah pintu.

Lexy hanya mengangkat bahu melihat wajah bingung Brianna. "Rada sinting," kata Lexy tanpa suara.

Brianna tertawa. Muffliato adalah salah satu mantra pelindung yang ditulis oleh J.K. Rawling di buku favorit Fidel. Belakangan, sahabatnya ini memang suka menyelipkan kata-kata yang berasal dari buku kesukannya.

"Gue nggak resign, Del. Gue cuma minta pendapat dari Bosqi untuk masalah gue. Akhirnya kami dapat solusi. Kebetulan Bosqi memang ada rencana. Nanti kalian juga tau. Siang ini kita meeting koordinasi kan? Jadi, tunggu aja ya," papar Brianna.

Wajah kedua sahabatnua terlihat tidak puas. Tapi mereka tidak bisa berkata apa-apa ketika Brianna bersikeras untuk diam dan keluar dari ruangan itu untuk kembali ke meja kerjanya.

**

Ruang meeting berukuran sedang itu hampir penuh. Brianna duduk di pojokan diapit oleh kedua sahabatnya. Dia bersyukur, Jay belum terlihat. Memang dia sudah memutuskan untuk move on seperti saran Pak Melviano, tapi hatinya belum siap untuk berhadapan langsung dengan Jay.

Meeting baru berjalan ketika terdengar ketukan di pintu. Jay melangkah masuk dengan wajah datar. Laki-laki itu berpakaian rapi dengan jas, tanda bahwa dia baru pulang dari meeting dengan client. Sejenak matanya menatap Brianna, yang langsung membuang tatapannya.

"Baik, karena semua sudah datang, saya ada sedikit pengumuman." Suara Pak Melviano mengatasi dengung suara berisik para karyawan yang sibuk mengobrol.

"Seperti kalian semua tahu, belakangan ini proyek training kita sangat banyak terutama di bagian komunikasi dan finance. Untuk itulah Brianna membantu Jay. Nah, dengan load training yang banyak, Lexy juga butuh asisten. Maka, saya memindahkan Brianna untuk menjadi asisten Lexy. Sedangkan untuk Jay, Bunga akan bergabung untuk menjadi asistennya." Wajah Bunga terlihat sumringah.

"Lo serius? Ini yang tadi lo omongin sama Bosqi?" bisik Lexy heboh. Brianna hanya tertawa.

"Awas lo ya kalau nggak cerita sama gue lagi. Sebel gue. Harusnya kan gue yang pertama tau," celoteh Fidel.

"Bodo amat. Yang penting, gue punya asisten," ucal Lexy dengan ceria.

Dia sering mengeluh butuh bantuan. Memang, belakangan banyak client yang request untuk memainkan boardgame yang berhubungan dengan finance daripada hanya belajar di kelas. Masalahnya bermain boardgame, butuh beberapa orang. Itu sebabnya Lexy selalu kelabakan mencari bala bantuan kalau ada permintaan boardgame. Adanya Brianna, akan sangat membantu.

"Tapi, gue masih berharap hubungan lo sama Jay membaik ya, Bee." Tatapan Lexy terlihat prihatin. Sejenak Brianna tidak tahu bagaimana menanggapi ucapan Lexy. Akhirnya dia hanya menggapi dengan seulas senyuman tipis

"Ada satu lagi pengumumannya." Suara Pak Melviano terdengar lagi. Dia kemudian menyilakan Bu Irma, Manajer Account Executive untuk bicara.

Bu Irma adalah wanita yang anggun. Atasan Fidel ini selalu terlihat cantik dan chick. Cara bicaranya tenang dan menurut kabar berita dari bawahannya, Bu Irma ini sangat pandai menghadapi semua jenis client.

"Selamat siang. Saya ingin memberikan informasi yang luar biasa pagi ini. Kantor kita memenangkan tender untuk mengadakan management training. Jadi dalam rangkaiannya, akan ada beberapa topik. Saya yakin, kalian akan bekerja sama dan menjadi tim yang kompak. Informasi mengenai journey training, akan saya email kepada seluruh trainer dan asistennya. Kita akan meeting sore ini untuk penjelasan lebih lanjut. Satu lagi, saya ingin memuji Fidelia yang sudah bekerja keras selama persiapan tender ini." Semua orang bertepuk tangan. Wajah Fidel memerah dan berseri-seri.

"Congrats ya, say." Brianna meremas tangan Fidel dengan bangga.

"Jangan lupa, makan-makan. Biar afdol," celutuk Lexy yang disambut dengan cubitan di pinggangnya.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang