Chapter 29: Hari Kedua

2.5K 259 1
                                    

Brianna menguap di atas motor ojek online yang dinaikinya. Lalu lintas di jam lima pagi masih sangat sepi. Rasa kantuknya sedikit berkurang ketika sebuah motor melewatinya. Ada seorang anak yang berdiri di depan, tiba-tiba menoleh dan menjulurkan lidahnya. Sejenak Brianna terpaku, dia menoleh ke kanan dan kiri berharap ada anak lain yang diejek oleh anak kecil yang kini tersenyum sambil membuang muka. Sayangnya selain bis kecil dan mobil angkutan umum, hanya motor mereka yang melaju di jalanan sepi itu.

"Nasibbb, apa salah gue sampai diledek anak kecil subuh-subuh gini." Brianna masih bengong ketika anak itu kembali menjulurkan lidahnya ketika motor yang dikendarai orangtua anak itu melaju.

Setibanya di lobi hotel, Brianna menyapa seorang pegawai concierge. Dia mengambil beberapa barang yang dititipkan lalu naik ke ruangan training di lantai dua. Beberapa karyawan hotel terlihat merapikan ruangan training. Setelah menyapa semua karyawan, Brianna berjalan menuju meja di depan.

Hari kedua ini, diawali dengan materi finance yang nanti akan dibawakan oleh Lexy. Brianna menyiapkan games, absensi dan segala hal yang akan digunakan di hari itu. Dia mengatur semuanya di meja belakang dengan rapi, supaya saat dibutuhkan, semuanya bisa dijangkau dengan cepat. Selain itu, gadis dengan rambut panjang yang hari ini diikat, juga menyiapkan kotak obat.

Persiapan kotak obat ini, adalah inisiatif dari Brianna. Dia pernah mengalami sakit maag yang menyerang tiba-tiba saat sedang menjaga training. Kemudian, dia berpikir jika mungkin saja peserta akan mengalami keadaan darurat maka dia mulai menyiapkan obat-obatan dasar.

Baru saja Brianna selesai setting in focus dan laptop serta mengecek microphone, gawainya berdenting tanda pesan masuk. Dia berjalan menuju toilet sambil membuka pesan itu.

Mila: Bee, i need to talk to you. Tonight. Harus wajib kudu. Nggak mau tau.

Brianna: Apaan sih, Mil? Gue lagi ada training. Telpon aja, gimana?

Mila: Nggak asik lo. Ya udah deh. Weekend ketemu yak.

Brianna: Oke. Jam 8 nanti gue telpon.

Mila, setahu Brianna juga sedang mengalami masalah di tempat kerjanya. Namun karena masalahnya sendiri di kantor cukup menyita perhatian, ditambah dengan project management training ini, dia belum sempat bicara panjang lebar dengan sahabatnya itu.

"Ngapain lo bengong macam ayam sakit di depan toilet?" tanya Lexy yang baru saja lewat. Brianna memperhatikan temannya yang hari ini memakai pakaian resmi, lengkap dengan jas dan dasinya.

"Ditanya malah bengong. Kenapa sih, lo?" Lexy melambaikan tangannya di depan muka Brianna.

"Hah? Eh, lo cakep juga pake jas. Hahaha," kata Brianna sambil mengedipkan matanya.

"Jiah, garing lo. Tiap hari juga gue cakep." Tawa Lexy sambil mengacak rambut gadis itu dan beranjak pergi. Brianna menggerutu, lalu berbalik masuk ke toilet lagi untuk merapikan rambutnya.

Training hari itu berjalan dengan lancar, kecuali ketika Brianna tersandung kaki flipchart yang membuat jempol kakinya berdenyut-denyut hebat. Namun setelah makan siang, panggilan telepon masuk ke gawai gadis itu.

"Brianna, lo tau file Jay yang mengenai artikel digital marketing salah satu perusahaan taksi online?" Suara Bunga terdengar panik.

"Halo, Bunga. Tenang, tenang. Ini artikel yang tentang perjuangan perusahaan itu menembus market dengan digital marketing kan? Coba cari di folder materi digital marketing saat training di PT A." Briana menyahut sambil keluar dari ruang training.

"Udah. Ini nggak ada. Lo bener kan nyimpennya di sini?" Bunga terdengar semakin panik.

"Oke, tenang. Coba hubungi Jay, minta artikelnya di dia." Bunga mendengus di ujung sana.

"Jay nggak mau tahu. Pokoknya harus ada artikel itu besok pagi. Dia ngomel-ngomel mulu sama gue. Mana kemaren itu pas malem, dia nyuruh gue ngatur semua bahannya dia secara berurutan abjad, per hari. Arggh, puyeng gue." Brianna tersenyum simpul mendengarnya.

"Welcome to the club, Bella," kata Brianna dalam hati.

"Lo pakai kolom searching deh. Ada di bagian kanan atas. Cari di bagian computer ya. Jangan bagian data aja."

"Oh ... oh iya, ada cara itu. Oke, gue coba. Thanks ya, Brianna." Bunga langsung menutup sambungan telepon. Brianna menggelengkan kepalanya. Bunga ternyata cukup sering diserang panik. Terkadang, dia harus ekstra sabar dalam menghadapi Bunga. Mungkin, ini hanya bagian dari adaptasi meskipun hati kecil gadis itu merasakan suatu firasat aneh.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang