Chapter 32: Masih Hari Keempat

2.4K 251 0
                                    

Suasana hati Brianna membaik seiring dengan perubahan suasana antara dia dengan Jay. Rasa canggung itu masih ada, tapi setidaknya dia tidak lagi gemetar ketakutan setiap ada Jay di ruangan yang sama. Senyum terukir di wajahnya. Ternyata begini ya rasanya berbaikan dengan teman.

"Kenapa sih lo senyum-senyum mulu dari tadi?" tanya Bunga. Brianna menoleh, dia tidak bisa membaca ekspresi gadis yang menatapnya.

"Bukan apa-apa," sahut Brianna.

"Apa mungkin lo seneng ya karena duduk bareng Jay?" Dugaan Bunga sedikit banyak benar, tapi Brianna malas menjelaskan.

"Biasa aja kok. Yuk, kita ke sana," ajak Brianna mengalihkan pembicaraan dan mengajak Bunga ke lapangan besar tempat para peserta sedang di briefing.

Hari itu mereka tidak banyak kerjaan karena semua sudah diurus oleh vendor outbond. Jay hanya observasi perilaku peserta sedangkan dia dan bunga hanya membantu mengurus logistik peserta. Cuaca mendung membuat udara terasa lembab. Brianna mencepol rambut panjangnya yang terasa lengket di tengkuk.

"Brianna, kamu boleh tolong saya untuk mengambil dan membagikan ponco?" Seorang trainer dari vendor outbond yang diketahui Brianna bernama Kang Faris, menyodorkan ponco.

"Ini buat apa, Kang?" tanya Brianna sambil mengambil ponco dan menghitungnya sesuai dengan jumlah peserta.

"Kita hulanter - hujan jalan terus. Ini mendung banget. Dalam tiga puluh menit sepertinya akan hujan, kita akan bagikan ponco ini jadi begitu hujan, peserta nggak akan terlalu kebasahan," jelas Kang Faris.

Brianna mengangguk dan mengikuti instruksi Kang Faris untuk membagikan ponco itu ke seluruh peserta. Benar saja, tiga puluh menit kemudian hujan turun dengan deras. Gadis itu berdecak kagum melihat keakuratan prediksi Kang Faris. Mungkin Kang Faris berbakat sebagai pegawai BMKG yang mengandalkan insting.

Meskipun hujan turun dengan deras, acara tetap berlangsung. Terdengar suara yang terus mengingatkan agar peserta tetap mengutamakan keselamatan di setiap kegiatan. Brianna mengembangkan payung yang dipinjamnya dari kantor vendor. Dia sedang berdiri bersama dokter lapangan yang terus memperhatikan peserta. Bersiaga jika ada sesuatu hal yang darurat.

Menjelang siang, mereka makan siang bersama. Beberapa peserta melepas sepatu yang basah dan mengganti pakaian supaya tidak masuk angin. Namun, selepas makan siang, hujan masih terus turun dengan deras. Terpaksa kegiatan dilanjutkan di bawah rinai hujan.

Brianna sedang mengobrol dengan salah satu trainer vendor ketika terdengar teriakan tertahan. Dilihatnya beberapa orang mengerumuni sesuatu. Dokter lapangan berlari menghampiri. Seketika perasaan tidak enaknya menguat. Firasatnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Saat itu peserta sedang bermain keseimbangan di atas drum. Mereka harus mengurutkan seluruh peserta tanpa bicara sesuai dengan bulan kelahiran sekaligus menjaga keseimbangan di atas kayu yang diletakkan di dua drum. Salah seorang peserta lengah, terburu-buru saat berpindah tempat, dia terpeleset dan jatuh.

"Tidak patah. Hanya kakinya terkilir berat. Brianna, bantu saya untuk memindahkan Pak Alvin ke tempat yang aman dan kering," pinta dokter lapangan. Sebelum Brianna bergerak, ada seseorang yang mendahuluinya. Orang itu bergegas memapah Pak Alvin dengan sigap.

"Biar saya aja. Brianna, kamu siapkan minuman hangat," kata Jay. Rambutnya basah terkena tetesan air hujan. Laki-laki itu tidak mengenakan ponco.

Brianna mengangguk dan bergegas menuju dapur camp untuk meminta minuman hangat. Sambil mengaduk air jahe, dia memperhatikan dokter lapangan yang sedang memeriksa Pak Alvin. Dokter itu memberikan obat pada Pak Alvin yang berwajah pucat menahan sakit. Tiba-tiba Brianna teringat sesuatu.

"Tunggu! Pak Alvin alergi parasetamol. Kalau itu obat pereda nyeri dengan kandungan parasetamol, sebaiknya jangan diberikan," seru Brianna setengah berlari menghampiri Pak Alvin. Air jahe sedikit tumpah saat dia berjalan tergesa namun tidak dirasanya air panas yang menyentuh kulit.

"Ah, untung kamu bilang, Brianna. Obat ini memang mengandung parasetamol. Baik, saya berikan pereda nyeri yang tidak mengandung parasetamol ya," kata dokter jaga dengan wajah bersyukur.

Kondisi Pak Alvin ternyata mengkhawatirkan. Dokter jaga memutuskan untuk memeriksakannya ke rumah sakit terdekat. Brianna ikut untuk menemani Pak Alvin dan membawa surat-surat yang mungkin dibutuhkan. Sementara Jay, yang terus menatapnya dengan pandangan sulit ditafsirkan, tetap berada di lingkungan outbond bersama dengan Bunga.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang