Chapter 39: Curiga

2.7K 241 5
                                    

"Bee, itu dimakan dong. Sayang ih cuma diaduk-aduk." Brianna tersentak dan menatap spageti yang dipesannya masih utuh. Dia menatap Fidel lalu nyengir serba salah.

"Kenapa sih lo? Banyak pikiran?" tanya Fidel lagi.

Brianna mencoba memberi kode supaya tidak membicarakan hal ini sekarang. Mereka sedang makan siang di kantin bawah bersama beberapa karyawan Future With Us yang bertemu saat mereka mencari tempat duduk. Untung saja bertemu, soalnya makan di jam dua belas tepat dengan puluhan karyawan lain berbondong-bondong datang, biasanya membuat mereka terpaksa membungkus makanan lalu makan di pantry kantor. Pilihan terakhir yang harus dihindari, karena jam istirahat pun di pantry penuh dengan orang. Jadi mereka tetap harus rebutan meja seperti rebutan barang diskonan.

"Apa sih, Bee?" tanya Fidel. Matanya yang besar membulat.

"Diem. Nanti aja gue ceritain," bisik Brianna pada temannya.

Sejenak mereka makan dalam diam, hanya bicara atau menimpali sesekali saat karyawan yang lain bicara. Brianna memang merasa sedang banyak pikiran. Kepalanya penuh dengan putaran ucapan Pak Melviano ditambah rasa penasaran dengan perilaku Jay. Rasanya laki-laki itu sampai akhir dunia bakalan tetap kaya gitu deh. Tukang bebersih, perintah sana sini, tapi ganteng.

"Hoi otak, tahu diri dong. Udah disusahin sama tu orang, masih ada muji." Brianna ngomel-ngomel sendiri dalam hati.

Fidel kembali menatap dengan pandangan curiga ketika melihat Brianna menusuk-nusukkan spageti dengan tatapan antara malu, kesal dan tidak sabar. Dia menendang Brianna dengan rasa ingin tahu, yang dibalas tendangan lagi. Sebelum acara makan siang, jadi acara tendang-tendangan, Brianna memutuskan untuk mengajak temannya bicara.

"Udah selesai belum makannya?" tanya Brianna. Temannya mengangguk antusias.

Mereka berpamitan dengan karyawan yang lain lalu berjalan kembali menuju kantor. Fidel memberi usul untuk bicara di ruang meeting yang kosong. Brianna duduk dengan kaku sementara temannya mencondongkan tubuh karena penasaran. Mengalirlah cerita mengenai Pak Melviano, tentang kekhawatirannya pada pekerjaan tapi tidak tentang Jay. Biarlah, dia akan mencari tahu sendiri kenapa laki-laki itu sepertinya menjadi magnet kesulitannya. Maksudnya, setiap dekat dengan Jay, pasti ada saja kesalahan yang dibuat Brianna sampai dia harus ditegur.

"Gue bingung, Del. Apa maksudnya ya vokal?"

"Lah, lo nggak nanya sama bosqi?" Fidel malah balik bertanya.

"Ya, coba aja lo tanya kalau pas kondisi kumisnya goyang-goyang tanda emosi. Gue kan takut nanti dia tambah marah terus gue disuruh beresin barang gue saat itu juga," jawab Brianna.

"Iya juga sih." Fidel nyengir menyadari kenyataan itu. Dia berpikir sejenak, menimbang apa yang harus dikatakannya.

"Bee, gue rasa ada orang yang ngomongin lo. Gue nggak tau siapa. Kayanya dia berusaha ngejatuhin lo," kata Fidel pelan sambil berusaha melihat reaksi Brianna.

Sejenak mereka terdiam. Benak Brianna langsung berputar lagi. Dia memang merasakan perubahan perlakuan dari Pak Melviano. Saat kejadian Yogya, dia diperlakukan dengan baik sampai dibantu agar bisa pindah posisi menjadi asisten Lexy. Kecurigaan Fidel cukup masuk akal.

"Tapi ... gue nggak mau curigain siapa-siapa, deh. Gue cuma harus berusaha lebih keras lagi biar nggak ada missed. Anyway, makasih ya udah dengerin remahan galau gue." Akhirnya Brianna memutuskan. Dia tidak mau suasana kerja dibayangi dengan kecurigaan pada rekan tim yang seharusnya saling percaya. Apapun masalahnya dengan Jay, biarlah itu menjadi bunga-bunga gosip tim lain. Sebuah pikiran terlintas, cepat-cepat ditepisnya.

Fidel mengangguk dan tersenyum setuju. Dia mengeluarkan cokelat dari dalam pouch yang selalu dibawanya saat istirahat. Cewek ini memang berbakat jadi Doraemon, pouch yang kelihatan kecil itu menyimpan banyak benda kecuali uang. Fidel termasuk tipe cashless, dia membayar semua sebisa mungkin dengan kartu debit atau fintech yang sedang trend belakangan ini.

"Gue balik dulu ke meja ya. Laporan training kemarin, tinggal sedikit lagi selesai." Brianna pamit dan meninggalkan Fidel sendiri di ruang meeting. Dia tidak tahu bahwa temannya itu sedang menyusun sebuah rencana.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang