"Lo kenapa sih lemes banget?" tanya Mila sambil melempar majalah yang sejak tadi dibolak-balik tanpa tujuan, ke nakas di samping tempat tidurnya. Dia melihat Brianna yang terduduk lemas di kursi. Suasana kamar rumah sakit yang dingin, menambah suram ruangan itu.
"Nek, jawab dong. Dih, nyesel deh gue ditemenin lo malam ini. Garing," seru Mila kesal karena tidak ada jawaban.
Sudah beberapa hari ini Mila dirawat karena typhus. Malam ini, dia minta ditemani Brianna karena gadis penakut itu tidak mau tidur sendirian. Orangtua Mila sedang ada urusan, jadilah Brianna sebagai sahabat baik, menawarkan diri untuk menemani. Bayangan Mila, mereka akan mengobrol dengan seru, sedikit banyak ada bocoran tentang Jay yang dia taksir. Sayangnya Brianna hanya terduduk lemas seperti kain lap basah yang lupa dijemur.
"Hhh ...." Brianna menghela napasnya dan menatap televisi dengan tatapan kosong.
"Woy, ngomong nggak lo atau gue pencet bel biar suster kasih lo obat anti bengong," ancam Mila. Sejenak sunyi, lalu Brianna menatap sahabatnya dengan pandangan berkaca-kaca.
"Kayanya gue emang nggak cocok kerja di sana." Mila tertegun. Sepanjang hampir lima tahun berteman dengan Brianna, dia tidak pernah menyaksikan sahabatnya menangis.
"Gue ada di sini, Bee." Brianna mendekat ke ranjang yang berbau antiseptik itu. Kepalanya disenderkan ke bahu Mila, lalu keluarlah semua curahan hatinya.
Pagi tadi, semua berjalan dengan lancar. Dia standby di kantor, sementara Bunga yang membantu training di hotel. Hari itu giliran Pak Melviano mengajar tentang Operations. Menjelang siang, Bunga menelepon dengan panik ketika dia tidak menemukan lembar assessment yang harus diisi oleh para peserta. Brianna, yang tertular rasa panik Bunga, segera mengecek email masuk.
"Brianna, ini kenapa masih ada yang ketinggalan? Bukannya kamu yang tanggung jawab untuk checklist kelengkapan sebelum berangkat ke tempat training?" Jay muncul di cubicle-nya dengan wajah marah.
"Maaf," sahut Brianna. Dia merasa tidak perlu membela diri. Awalnya, Pak Melviano meminta lembar assessment itu ke Bunga. Namun, karena saat itu Bunga sedang sibuk mengurus catering, Brianna yang mendapat tugas untuk mencari dan perbanyak. Malangnya dia lupa mencatat, mencari dan akhirnya berakhir seperti ini.
"Saya kira kamu sudah berubah, Brianna. Ternyata belum dan semakin parah. Perbaiki kesalahanmu." Jay mendengus kesal lalu pergi.
Siang itu Brianna tunggang langgang untuk print, dan copy perbanyak lembar assessment. Setelah jadi, dia bergegas memanggil ojek online yang membawanya ke tempat training. Sesampainya di sana, gadis itu baru tahu kalau ada badai yang lebih mengerikan daripada amukan Jay. Pak Melviano menghampirinya ketika coffee break. Kumisnya yang hitam mengkilat, bergetar menahan amarah dan pipinya berkedut-kedut. Wajah atasannya itu sangat mengerikan.
"Brianna! Kamu kira, saya ini bercanda waktu minta kamu siapin assessment. Gimana sih, kamu? Setelah training ini selesai, saya mau bicara sama kamu." Setelah berkata itu, Pak Melviano mengambil kertas assessment yang ada di dalam paperbag lalu berjalan menuju mejanya di bagian depan. Bunga sudah menyelinap entah kemana ketika melihat kumis Pak Melviano bergetar.
Mila terdiam mendengar cerita Brianna. Dia seakan tidak habis pikir bagaimana sahabatnya terus menerus berbuat kesalahan yang seharusnya tidak perlu. Brianna melepas kacamatanya dan mengelap matanya yang basah dengan tisu.
"Gue capek, Mil. Sebentar salah, diomeli terus dibaikin lagi. Seakan-akan gue nggak boleh lakuin kesalahan sedikit pun. Gue capek." Air mata mengalir di pipi gadis berambut panjang itu.
"Bee, gue yakin lo salah bukan karena di sengaja. Selain itu, mungkin konsentrasi lo menurun karena capek. Kalau lo mau nangis, nggak apa-apa. Abis itu lo istirahat. Dihadapi aja masalah ini. Gue yakin lo kuat dan bisa." Mila mengelus rambut panjang Brianna.
"Jangan melarikan diri ya, Bee," kata Mila lagi. Brianna hanya terdiam dan menelan isakan terakhirnya.
"Tapi Jay masih tetap ganteng walaupun lagi marah kan ya, Bee? Duh jadi pingin liat deh." Brianna menjitak kepala Mila sambil melotot. Tega bener sahabatnya ini komen begitu setelah dia menangis-nangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/180122340-288-k266502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
ChickLit[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...