Dalam setiap training, proses checklist adalah salah satu yang sangat penting. Ini adalah proses menyamakan apa yang diinginkan oleh client, semua materi dan pendukung yang dibutuhkan serta mengecek agar ada yang tidak tertinggal. Bagi Brianna, kegiatan ini bisa menjadi pengingat jika ada yang belum disiapkan. Masalahnya adalah checklist dilakukan secara manual alias hanya mengandalkan ingatan tim-tim yang terlibat.
Ketika baru masuk di Future With Us, Brianna beberapa kali lupa menuliskan kebutuhannya dalam checklist dan pihak yang double check juga tidak menyadarinya. Akibatnya, bisa ditebak. Barang tidak terbawa, dia harus menyusahkan tim di kantor yang pontang-panting mencari mobil kantor atau taksi online. Hal ini juga yang membuat Jay naik darah.
Sore ini, gadis berambut coklat itu memutuskan untuk membuat format checklist standar yang bisa dipakai di semua training. Sebelum mulai bekerja, dia merapikan barang-barang dulu supaya mejanya terlihat lega. Kemudian, dia membuat secangkir kopi pahit panas. Sambil menghirup aroma kopi yang enak, dia mulai bekerja membuat checklist standar.
Brianna membuat list yang terbagi dalam tiga kolom besar. Persiapan administrasi, persiapan kelas dan laporan. Dia juga membuat kolom-kolom untuk double check dan nama penanggung jawab di bagian itu. Contoh, untuk content materi, jelas Jay sebagai trainer yang paling pas untuk cek ulang. Di bagian laporan, Fidel yang berurusan dengan client langsung-lah yang menjadi penanggung jawab. Cek ulang ini diperlukan untuk mengurangi kesalahan.
Setelah format checklist jadi, Brianna mengirimkannya ke Jay dan Fidel untuk meminta persetujuan dan masukan. Email balasan Jay masuk dengan cepat. Dia memberikan banyak masukan, yang langsung dikerjakan oleh gadis itu. Fidel merespon tidak berapa lama kemudian. Setelah semua jadi, gadis itu mengirimkannya via email ke Pak Melviano.
"Masih sibuk, Neng?" Sebuah kepala muncul di sisi atas cubicle-nya.
Reflek, Brianna melempar squishy yang sejak tadi dipegangnya untuk melatih motorik kasar. Gadis itu seringkali menjatuhkan barang, sehingga melatih motorik kasar seperti ini bisa membantu otot genggam tangannya.
"Duh. Kenapa sih lo suka banget lempar barang ke gue?" Lexy marah-marah.
"Sorry ya, Lex. Gue kira tuyul gede nongol." Tawa Brianna.
"Sial lo. Udah selesai kerjaannya? Makan yuk. Udah malem nih." Ajakan Lexy membuat gadis itu melirik ke arah jam digital yang terdapat di setiap ruangan. Ternyata sudah hampir jam tujuh. Pantesan cowok chubby ini datang, sudah selesai ternyata training-nya.
Mereka memutuskan untuk makan di kantin kantor. Beberapa tim lain yang masih di kantor, memutuskan untuk ikut. Fidel langsung pulang setelah meeting seharian, Jay tidak terlihat dimana-mana.
"Brianna, gimana rasanya kerja sama Jay?" tanya seorang perempuan, sebut saja namanya Angel, dari divisi finance.
"Biasa aja, sih," jawab Brianna kalem sambil menyuapkan soto ayam ke dalam mulutnya.
"Banyak yang iri tau sama kamu. Bayangin, jadi asistennya Jay. Separo cewek di kantor bersedia dengan sukarela jadi asisten Jay tapi dia malah ngambil anak luar," kata Angel lagi.
Tidak tahu harus menjawab apa, Brianna hanya nyengir lebar. Rasanya separuh perempuan yang bersedia jadi asisten Jay itu bakalan kaget kalau tugas-tugasnya meliputi lap-lap meja sampai membetulkan letak post it yang miring dua sentimeter. Bagaimana pun juga, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Kita tidak bisa menilai suatu hal hanya dari permukaannya saja.
***
Sowriiii bagian yang ini cukup pendek. Aku lagi nyiapin project besar, soalnya. Doakan yaaa semua lancar, sama bisa update setiap hari. 😉😉😉
![](https://img.wattpad.com/cover/180122340-288-k266502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
ChickLit[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...