Jakarta Convention Center terlihat padat. Beratus-ratus orang yang memakai jubah wisuda terlihat mondar-mandir. Beberapa penjual bunga dan boneka pun sibuk menawari siapa saja yang berjalan menuju Hall B, tempat wisuda akan dilaksanakan.
Brianna Channdani, hari ini cantik mengenakan kebaya berwarna biru pastel dengan riasan rambut sederhana namun apik, sedang menatap berkeliling. Dia kehilangan ayah dan ibu setelah berhasil masuk ke dalam Hall. Sekali lagi, gadis bermata cokelat tua itu berusaha menelpon orangtuanya.
"Hei!" Suara Mila, sahabatnya di kampus, membuat Brianna menoleh.
Mereka berteriak bahagia sampai rasanya nyaris histeris. Beberapa orang melihat mereka dan ikut tertawa. Mila dan Brianna adalah segelintir perempuan di jurusan mereka, Teknik Informatika, yang mayoritas berisi kaum adam. Lulus tepat waktu di jurusan ini, merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Empat tahun lalu, Brianna yang tadinya berniat mengambil jurusan Psikologi, ternyata tidak lulus ujian masuk. Kebingungan, dia melihat sebuah surat dari Universitas yang menawarkan program beasiswa. Bi mengikuti seleksi awal program itu dan lulus.
Dari dua puluh mahasiswi di jurusan mereka, Mila adalah sahabat yang paling akrab. Bedanya adalah, sedari awal Mila selalu merasa IT merupakan panggilan hidupnya sedangkan Brianna harus berjuang melawan rasa tidak nyaman karena merasa ini bukanlah jurusan yang nantinya bisa menghidupi dia alias untuk bekerja.
Meskipun senang mengutak-atik bahasa pemrograman atau angka, Brianna merasa bosan di belakang layar. Dia ingin bekerja dengan tugas yang tidak hanya di dalam kantor tapi juga di luar kantor. Selain itu, dia senang sekali bertemu dengan banyak orang. Semakin ramai, semakin bahagia dia.
Mila, sebaliknya adalah anak tekun yang mencintai teknologi. Dia senang berlama-lama sendirian mencoba membuat program dan menciptakan hal baru. Terkadang dia merasa, mereka berdua sangatlah kontras. Brianna adalah anak ekstrovert yang gemar bicara dan bertemu banyak orang akan menambah energinya. Mila adalah anak introvert yang lebih suka menyendiri untuk mengumpulkan energi. Namun, seperti magnet yang berbeda kutub, mereka saling tarik menarik dan persahabatan mereka berlangsung sepanjang masa perkuliahan yang luar biasa (membosankan) bagi Brianna.
"Nah, kalau sudah ketemu kawan, Ibu dilupain." Tiba-tiba saja Ibu sudah ada di samping Brianna dan menjawil pipi gadis itu yang masih bersemu merah.
"Nggak lupa, kok. Tadi aku nyari Ibu. Terus ketemu Mila deh," kilah Brianna sambil tertawa. Dia melambai ke arah Ayah yang berjalan di belakang Ibu. Tidak lama kemudian, orangtua Mila bergabung dengan mereka.
Terdengar pengumuman yang meminta para wisudawan untuk masuk ke dalam Hall, sedangkan para orangtua dan undangan dipersilakan memasuki pintu lain. Kedua sahabat itu melambaikan tangan saat mereka berpisah. Tempat duduk wisudawan disusun berdasarkan nomor induk mahasiswa, sehingga mereka duduk terpisah.
Sementara menunggu seremoni berjalan, pikiran Brianna berkelana. Sejak dia berhasil menyelesaikan program-program untuk skripsi dan memutuskan bahwa dia tidak akan bekerja sebagai IT, banyak malam dihabiskannya untuk melamunkan masa depan.
Apa yang akan kamu lakukan ketika merasa salah jurusan ketika masa kuliah sudah selesai? Pertanyaan itu terus menggema dalam benak Brianna. Bahkan saat berjalan menuju panggung untuk seremoni memindahkan kuncir toga, Brianna masih saja melamun. Tidak ayal lagi, dia tersandung tangga pertama. Hampir saja dia terjatuh, tapi dengan reflek yang bagus, tidak ada muka yang akan mencium tangga panggung wisuda. Terdengar suara tawa tertahan di belakangnya, bahkan dosen-dosen pun terpaksa menahan senyum. Sambil meringis, gadis itu tersenyum malu dan terus berjalan.
"Kamu tuh ya, Nduk. Kebiasaan banget sih jalan nabrak-nabrak," omel Ibu ketika mereka sudah bertemu lagi. Biasanya sih Ibu ngomel sambil menjewer atau mengacak-acak rambut, tapi mungkin karena rambut cokelat putri satu-satunya itu sudah rapi sedangkan sebagian telinganya tertutup toga, Ibu terpaksa menunda acara jewer menjewernya.
"Bukan Brianna namanya kalau jalan nggak nabrak, Bu." Ayah terbahak-bahak sementara Brianna pura-pura tidak mendengar. Lebih baik pura-pura tidak mendengar daripada merespon lalu kembali ditertawakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/180122340-288-k266502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
Literatura Feminina[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...