"Brianna, saya perlu kamu untuk ...." Kata-kata Jay menghilang ketika dia menatap cubicle Brianna yang nyaris tertutup kertas berwarna kuning.
"Ini kenapa? Habis hujan post it?" tanya Jay bingung.
"Di meeting persiapan terakhir kan kamu minta banyak games, case study, ada business simulation juga. Aku harus nempelin ini biar inget prosesnya udah sampai mana." Jay menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Brianna.
"Terus kenapa ini tumpukan hadiah ada di sini? Berantakan banget. Mana post it yang kamu tempel itu miring-miring. Nih lihat, yang ini miring dua senti." Jay membetulkan posisi post it yang ada di layar komputer.
Brianna memutar bola matanya. Laki-laki satu ini memang ajaib. Sementara orang lain mungkin bertanya tentang tulisan dalam post it atau terperangah melihat kondisi cubicle-nya, bisa-bisanya Jay menemukan ada post it yang miring dua senti. Mungkin kalau Jay belanja baju, dia bisa melihat kerah yang satu lebih panjang dua mili atau letak kantung baju kanan dan kiri berbeda lima mili.
"Hadiah ini lagi aku catat. Kan kemarin ada sisa. Sambil buat persiapan training yang minggu depan. Di Yogya, kan?" Rupanya Jay cukup puas dengan jawaban gadis itu.
"Oke. Oh iya, saya perlu kamu untuk koordinasi sama client masalah ruangan training dan sebagainya. Nanti saya kirim nomornya lewat chat ya. Terus ada beberapa yang mau saya cetak seukuran A1, nanti saya email bahan-bahannya. Pastikan kualitas cetakan bagus ya, Brianna. Satu lagi, Bosqi mau ulang tahun minggu ini, dua hari lagi tepatnya. Kita mau kasih surprise jadi kamu diminta anak-anak untuk jadi panitianya. Mungkin buat beli-beli apa gitu." Kecepatan tangan Brianna untuk menulis menyamai kecepatan sekretaris handal dalam membuat memo. Walaupun kadang dia kesulitan membaca tulisan tangannya sendiri.
Bosqi itu pangilan anak-anak kantor untuk manajer mereka, Pak Melviano. Entah kenapa mereka memanggilnya seperti itu. Brianna masih agak segan memanggil Pak Melviano dengan sebutan Bosqi, dia merasa sungkan membuat sebutan-sebutan untuk atasannya. Meskipun bertugas sebagai asisten Jay, Brianna memang tetap memberi laporan kinerja ke Pak Melviano.
"Semua sudah dicatat?" tanya Jay menegaskan meskipun dia bisa melihat beberapa post it yang baru ditulis, sudah ditempelkan Brianna di dinding cubicle dan layar monitor. Brianna mengangguk tanda semua sudah dicatat.
"Rambut kamu bagus juga." Jay meninggalkan cubicle Brianna setelah diskusi singkat mereka.
"Hah? Dia sadar juga ya, gue abis cat rambut. Padahal satu kantor nggak ada yang sadar." Diam-diam Brianna senang juga. Rambutnya baru saja di cat jadi agak pirang di bagian bawah. Hasil iseng-iseng waktu menemani Fidel potong rambut kemarin sore.
Hari ini berjalan relatif tenang. Lexy sedang mengisi training dan Fidel sedang meeting bulanan dengan timnya. Setelah menyelesaikan laporan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Jay, gadis itu membuka email-nya. Mendadak wajahnya memucat. Dia segera mengambil gawainya dan menulis pesan.
Brianna: Jay, sorry. Aku lupa kemarin masukin surat tugas ke HC. Sekarang mereka email masalah absensi. 😭
Jay: Ya, dibaleslah.
Merutuk dalam hati atas sikap dingin atasannya, Brianna mengetik dengan tekanan berlebih. Atasannya itu benar-benar bikin darah mendidih dan air mata mengalir.
Brianna: Mereka butuh konfirmasi dari atasan. Waktu ke Semarang, kan atasanku kamu. Jadi nanti tolong balas ya.
Jay: k.
Jay paling malas untuk ngurusin masalah formalitas. Dia sering meminta Brianna untuk membantunya mengirim surat tugas ke Human Capital (HC). Lupa membuat surat penugasan, bisa dianggap tidak masuk tanpa izin oleh HC. Akibatnya setiap karyawan yang lupa membuat surat penugasan, harus membuat email konfirmasi. Kalau ini terlewat, karyawan tersebut bisa mendapat surat peringatan. Masalahnya adalah Brianna punya kapasitas otak untuk ingatan nyaris minimal. Apapun yang tidak tertulis, pasti terlewat.
Rasanya gadis itu harus membuat metode supaya ingatannya tidak berantakan lagi. Tapi bagaimana metode yang sesuai? Dia sudah membuat checklist yang berisi daftar pekerjaan, cukup berhasil sampai dia lupa menulis pekerjaan yang harus dilakukan dalam checklist. Sekarang dia mencoba metode post it yang sejauh ini belum gagal, tapi dia harus tenggelam dalam lautan tempelan kertas, yang mana membuat Jay cukup senewen. Rasanya dia harus memutar otak menemukan solusinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
ChickLit[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...