Chapter 26: Titik Awal

2.5K 259 3
                                    

Brianna menyambar agenda beserta daftar games yang dia punya. Pagi ini dia dan tim management training (MT) akan melakukan meeting pertama. Ruangan sudah berisi beberapa orang saat gadis itu tiba. Dia segera mengambil tempat di dekat Lexy yang sedang mengecek gawainya.

"Hai, partner. Oh, lo udah bawa daftar games-nya. Good," kata Lexy sambil melirik barang bawaan Brianna.

"Hai, Bud," sahut gadis itu sambil duduk dan mengeluarkan ikat rambut.

"Nama gue Lexy. Bukan bud, budi, budak apalagi budek." Ucapan itu dihadiahi cubitan di pinggang.

Mereka sedang tertawa-tawa ketika Jay datang bersama Bunga. Brianna yang langsung terdiam, masih sempat melihat lirikan mantan atasannya. Di belakang laki-laki itu, Bunga berjalan rapat dan memandangnya dengan tatapan meremehkan. Lexy memperhatikan kejadian itu dengan minat.

"Lo masih bermasalah sama Jay?" bisik Lexy.

"Ya ... gue sih udah minta maaf. Gue juga ambil konsekuensi buat ngundurin diri jadi asisten dia kok. Tau deh kenapa dia kaya gitu. Mungkin dia nggak suka banget sama gue," balas Brianna sambil berbisik juga.

"Hem ... curiga gue dia cinta sama lo." Jitakan langsung mampir ke kepala Lexy yang tertawa sambil mengaduh.

Tidak lama, Fidel bersama Bu Irma memasuki ruangan. Satu jam berikutnya, mereka mendiskusikan journey training dan pembagian jadwal. Brianna harus bekerja sama dengan Bunga dalam persiapan training. Entah mengapa, Brianna merasakan firasat yang aneh tentang Bunga. Tapi firasat itu ditepisnya jauh-jauh.

Meeting selesai tepat di jam makan siang. Fidel menghampiri Brianna dan Lexy yang masih saja berdebat mengenai games yang akan dimainkan. Sementara itu, yang lain bergegas keluar. Biasanya kantin kantor penuh sekali di jam makan siang, jadi harus buru-buru.

"Pesen makanan aja ya. Gue udah pesen sushi tei, on me ya. Kalian bayar nanti aja," kata Fidel setelah dekat.

"On me, gundulmu. Itu namanya lo nalangin," omel Lexy.

"Ups, jangan marah-marah, dear. Kalem aja. Gue belum gundul kok." Fidel terbahak-bahak.

"Gue avada kedavra nih," seru Lexy.

"Protego. Lo harus punya niat saat mengeluarkan kutukan tak termaafkan, honey," sahut Fidel kalem sambil melambaikan tangannya.

"Oke, stop. Gue pusing liat lo saling kutuk." Brianna menggelengkan kepala sambil tertawa.

Mereka berjalan menuju pantry sementara Fidel turun ke lobi kantor untuk mengambil pesanan makanan. Sepanjang waktu, Lexy terus bergurau. Brianna tahu, setelah mengenal sahabatnya selama beberapa bulan belakangan ini, semakin heboh becandanya itu berarti Lexy sedang menyimpan beban besar. Seringkali dia mengalihkan energi dan rasa frustasinya dengan bergurau.

"Bee, serius nih sekarang. Gue rasa sebaiknya kita main boardgame electricity aja deh. Pertama, dia ada bagian finance-nya, memperkirakan resiko, juga ada komunikasi." Tiba-tiba topik pembicaraan kembali ke persiapan training.

"Gue rasa boardgame viruses juga cocok. Dia ada komunikasi, finance, manajemen resiko dan yang terpenting itu ada kolaborasinya." Brianna mengambil segelas air dan mengisinya dengan air hangat. Lexy tampak berpikir-pikir.

Dalam pembagian tugas tadi, Brianna memang mendapat bagian untuk mencari boardgame dan games yang sesuai. Gadis itu memutuskan bahwa ini adalah titik awalnya untuk berusaha mulai bekerja dengan benar. Sejak kejadian di Yogyakarta itu, dia bertekad untuk mengubah niatnya. Dulu, Brianna hanya ingin tidak bekerja di bidang IT dan memutuskan bekerja di Future With Us karena sepertinya asyik. Namun, kini dia akan berusaha bekerja dengan baik karena merasa bahwa dengan bekerja di dunia training dia merasa menjadi manusia yang bermanfaat. Meluruskan niatnya bekerja adalah hal pertama yang dilakukan. Brianna hanya berharap, kali ini segalanya akan berjalan dengan baik.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang