"Nek, lo uda denger gosip belom?" Fidel berbisik sambil menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar.
"Sejak kapan gue jadi nenek lo? Eh gosip apa sih?" Fidel menjitak kepala Brianna saat gadis itu bertanya dengan nada keras.
"Pelan-pelan. Banyak telinga di dinding. Lo sih ngomong pake toa. Siniin kipas anginnya. Gerah nih," sahut Fidel sementara Brianna hanya meringis tanpa rasa bersalah dan menyodorkan kipas angin.
Saat itu mereka sedang menikmati minggu siang bersama. Di mana lagi kalau bukan, di kantor. Brianna akan berangkat ke Semarang besok, jadi dia bersikeras untuk final check sama sang pemilik project, yaitu Fidel. Berhubung AC gedung dimatikan kalau hari minggu, mereka membawa kipas angin portabel.
"Lo tu gila ya, Bee. Ngapain juga final checklist hari minggu. Kayak nggak ada hari lain aja." Fidel mulai menyamakan daftar dengan perlengkapan training yang sudah disusun oleh Brianna.
"Kan, abis gini sekalian kita jalan. Eh, gosip apa?" Penasaran juga gadis itu.
Setelah memberikan satu tanda centang, Fidel berhenti sejenak dan merapikan ikatan rambutnya. Brianna menatap dengan rasa ingin tahu yang besar. Jarang-jarang temannya ini bergosip, jadi pasti gosipnya sesuatu banget.
"Iket dulu rambut lo. Gerah gue liatnya," cetus Fidel sambil merogoh tasnya dan memberikan ikat rambut.
Rambut Brianna yang berwarna cokelat, panjang dengan ikal-ikal di bagian bawah. Hari ini dia mengenakan softlens. Terpaksa, karena dia lupa meletakkannya di mana. Sepanjang pagi tadi, Sang Ratu Rumah alias ibu, sudah mengomel panjang kali lebar saat dia sibuk mencari kacamata.
"Jadi, gosipnya Jay tadi malem jalan sama cewek," kata Fidel sambil memeriksa tumpukan dokumen administrasi dan memberi tanda centang ketika menemukan kecocokan di list.
"Jalan gimana?"
"Jadi, ada anak divisi lain ke kondangan temennya tadi malam. Terus katanya dia liat Jay pulang bareng gitu sama cewek. Sempet difoto sama dia, tapi blur gitu. Heboh tuh di grup."
"Kenapa harus heboh?" Fidel menatap Brianna dengan tatapan bingung.
"Dih, gimana sih lo? Itu manusia kan banyak fans-nya. Ya pada hebohlah. Jay itu semacam apa ya bahasanya?"
"The hottest bachelor in this office?" Sebuah suara terdengar geli.
"Nah itu die." Fidel tersenyum penuh arti lalu menoleh cepat ke arah si pemilik suara dan seketika terperangah.
Brianna membelalakkan mata melihat siapa yang baru datang. Kalau tadi Fidel berhati-hati bicara karena katanya dinding kantor bisa mendengar, niscaya dia akan lebih memilih didengar dinding daripada orang satu ini. Rambutnya yang dipotong cepak ala tentara, pipi chubby-nya menyimpan senyum geli dan pandangan matanya iseng. Manusia ini yang sering dipanggil Loki-nya Future With Us, master segala keisengan di kantor di mana Brianna adalah korban bully teranyar yang digojlok selama beberapa bulan terakhir.
"Ngapain lo kesini?" sergah Fidel sambil meninju manusia ajaib yang datang tak diundang itu.
"Pingin denger gosip," sahut Lexy sambil mengedipkan mata.
"Rese, lo. Diem, Bee. Biang gosip ini jangan sampe denger lebih dari yang tadi," cetus Fidel.
Brianna hanya tertawa. Buat apa juga dia ngomongin gosip sama Lexy. Bisa-bisa tujuh hari tujuh malam baru selesai. Kadang gadis itu penasaran, bagaimana Lexy saat menjadi trainer, apalagi laki-laki itu pegang topik finance, dimana seringkali topik itu dibawakan oleh orang dengan tipe serius.
"Gue tau kok, siapa cewek yang sama Jay," kata Lexy sambil tersenyum penuh arti.
"Siapa?" Mata Fidel membesar.
"Nanti juga lo tau. Udah, ah. Lo pada udah selesai belom? Jalan, yuk." Lexy mengalihkan pembicaraan dan tertawa saat melihat Fidel cemberut.
"Dikit lagi. Bee, artikel-artikel semua udah di-copy sejumlah peserta kan ya? Ini semua udah 30 sih. Lo juga bawa kain hitam buat games kan? Oh, ini dia. Okay, udah semua nih." Fidel menyelesaikan checklist.
"Ngomong-ngomong, lo tau kita ada di sini dari mana?" tanya Brianna ke arah Lexy yang iseng mainan troli buat bawa barang-barang berat.
"Insting dong. Insting gue kan tajam. Lagian gue kangen sama lo. Jadi radar gue makin tajam," sahutnya dengan senyum bangga.
"Lex, sadar dong. Lo sampai kapan mau gila? Jangan percaya, Bee. Dia whatsapp gue tadi nyari temen jalan. Gue bilang aja kalau kita mau jalan abis checklist. Ish, rese lo, Lex," seru Fidel saat tangan Lexy iseng menjawil pipinya.
Brianna terbahak melihat kelakuan dua temannya itu sambil mengeluarkan gawai dan siap merekam kejadian ini. Kapan lagi dia lihat Lexy mengayuh troli sambil dikejar Fidel. Pemandangan absurd ini tentu layak diabadikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
Literatura Feminina[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...