Mereka baru saja tiba di gate 22 terminal tiga bandara Soekarno-Hatta. Gate yang jauh membuat mereka harus berjalan cukup jauh. Brianna menggelengkan kepala ketika Jay menawari agar mereka menaiki mobil shuttle dalam bandara. Dia lebih memilih mengambil troli dan berjalan. Setidaknya rasa pegal karena duduk selama satu jam lebih bisa hilang dan dia bisa banyak berpikir tentang banyak hal.
Seharusnya rute Semarang - Jakarta bisa ditempuh dalam satu jam kurang, tapi cuaca yang tidak mendukung membuat mereka tidak bisa mendarat. Pesawat terpaksa berputar-putar dulu sampai keadaan cukup kondusif. Selama perjalanan pun Brianna tidak henti berdoa. Guncangan demi guncangan membuatnya panik sesaat.
Jay, yang dirasanya sangat pendiam hari itu, melirik saat mata Brianna terpejam dengan mulut komat-kamit. Laki-laki itu tersenyum mendadak dan menyentuh lengan gadis yang membelalakkan matanya dengan kaget.
"Kenapa kamu malah baca doa mau tidur?" tanya laki-laki dengan geli.
"Biar tidur sekarang daripada kenapa-kenapa dalam keadaan sadar," sahut Brianna pasrah dengan wajah pucat. Apalagi saat itu terlihat petir menyambar di jendela.
Jay terbahak sambil menutup jendela pesawat. Inilah tawa pertamanya hari itu. Brianna merasa mood atasannya terganggu karena ulah Lexy semalam tapi gadis itu mengakui bhawa Jay sangat profesional. Meskipun cukup pendiam, tidak ada perubahan sikap terhadap client mereka. Mau tidak mau, dia merasa kagum.
"Kamu pulang naik apa?" tanya Jay ketika mereka sedang menunggu bagasi.
"Taksi online kayaknya." Brianna menyahut sambil mengawasi ban berjalan yang membawa koper-koper penumpang pesawat.
"Saya antar ya. Sekalian ada titipan oleh-oleh untuk papa kamu." Sejenak Brianna tercenung mendengar ucapan Jay.
"Dengan satu syarat. Jangan pernah bilang ke orang kantor kalau kamu kenal keluargaku atau papa kamu temenan sama papa aku."
"Kenapa?"
"Aku nggak mau ada gosip-gosip aneh." Mendengar kata-kata itu, Jay menatap wajah Brianna lekat.
"Brianna, masalah di grup whatsapp kantor, biar saya yang urus sama Lexy. Saya nggak akan bilang apapun tentang kamu atau hubungan keluarga kita. Kamu nggak perlu khawatir." Jay mengambil kopernya yang lewat dan membantu mengambil koper kantor yang berisi peralatan training sementara Brianna mengambil kopernya sendiri.
"Aku tahu dan aku nggak khawatir." Entah mengapa wajah Brianna terasa panas mendengar ucapan atasannya.
"Bagus. Kamu cukup khawatir itu banyak banget baret di koper kamu. Terus ini koper kantor juga debuan. Coba besok di kantor, cek semua kondiri koper ya. Jangan sampai debuan. Kalau perlu, kamu beli cover koper." Brianna ternganga.
"Ngapain juga tadi gue malu-malu, inilah Jay yang asli. Sumpah hobi banget bersih-bersih. Dijamin bininya nanti pasti pusing dicerewetin mulu deh." Brianna misuh-misuh dalam hati ketika Jay terus mengoceh selama 20 menit menunggu supir laki-laki itu datang.
Ketika supir Jay datang, barulah Brianna merasa lega. Setidaknya dia lepas dari kebawelan Jay. Orang bilang, jangan pernah merasa lega sampai benar-benar terlepas dari kondisi sulit.
"Brianna, besok begitu kamu masuk kantor, saya minta tolong untuk cek kondisi ruangan saya ya. Saya ada meeting pagi-pagi, jadi tolong kamu yang take care. Pastikan tidak ada debu menempel di semua sudut. Terus tolong cek juga gelas-gelas yang saya pakai itu udah bersih semua atau belum. Jangan lupa hitung jumlahnya."
"Ya Gusti, kenapa orang ini ganteng-ganteng tapi bawelnya ngalahin emak gue. Kerjaan gue sekarang nambah jadi office girl." Brianna hanya sanggup manggut-manggut selama perjalanan pulang. Dari bangku belakang, sempat dilihatnya supir Jay tersenyum melalui kaca spion seolah melihat penderitaannya.
Jay terus bicara tentang instruksi cairan pembersih khusus yang ada di lacinya untuk membersihkan meja. Laki-laki itu baru diam ketika Brianna memutuskan untuk pura-pura tidur. Setidaknya ini akan menyelamatkan dirinya untuk sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
ChickLit[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...