Chapter 5: Lexy Radhika

4K 317 5
                                    

Udara di ruangan terasa sangat dingin. Sambil merapatkan jaket yang dikenakannya, Brianna menyeruput teh hangat. Setelah meletakkan cangkirnya, dia beranjak untuk mengambil remote AC dan menyesuaikan suhunya supaya tidak terlalu dingin. Jam tujuh malam, kantor sudah mulai sepi. Beberapa karyawan pulang setelah adzan Magrib berkumandang.

"Hei, belum pulang?" Brianna memutar badannya dengan terkejut.

"Sorry. Ngagetin ya." Lexy terkekeh melihat wajah terkejut di hadapannya.

"Iya, kaget banget dan iya, belum pulang. Masih ada kerjaan." Lexy mengerutkan kening mendengar jawaban Brianna.

"Jay, kasih kamu banyak kerjaan ya? Padahal baru masuk, idealnya tandem dulu. Kamu harus tahu proses kerja di sini."

Lexy Radhika, salah satu trainer junior di perusahaan ini. Meskipun junior, dia adalah trainer favorit apalagi dengan topik spesialisasinya, finance. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan wajahnya biasa-biasa saja tapi menurut Brianna, senyum Lexy sangat manis dan menenangkan. Menurut rumor yang beredar, tentu melalui mulut Fidel, laki-laki berambut hitam itu memiliki tekad untuk mengajarkan finance yang membosankan menjadi menyenangkan. Sejauh ini, sepertinya dia berhasil.

"Brianna, kerjaan kamu masih banyak? Makan dulu yuk. Laper banget abis ngajar seharian," ajak Lexy sambil berjalan menuju meja kerjanya, melepas jas dan menyampirkannya di kursi. Sejenak Brianna berpikir, lalu memutuskan untuk menerima ajakannya.

Mereka memutuskan untuk makan di kafetaria di lantai dasar kantor. Selain dekat, menu makanannya pun enak dan terjangkau. Beberapa orang menyapa Lexy, yang tidak lupa mengenalkan Brianna sebagai tim baru di bagian training.

"Jadi, apa nama panggilanmu? Brianna rasanya terlalu panjang." Lexy bertanya sambil lalu seraya membuka buku menu.

"Panggil saja, Bee." Jawaban itu membuat laki-laki di hadapannya tersenyum.

"Bee seperti lebah?" Pertanyaan itu disertai kekehan geli apalagi saat Brianna mengangguk sambil nyengir. Bagaimana lagi, itu adalah panggilannya sejak kecil. Dulu, karena cedal, dia tidak bisa mengucapkan huruf R jadilah dia memanggil dirinya sendiri sebagai Beeana.

Setelah memesan makanan, mereka mengobrol. Lexy adalah pendengar yang baik. Dia senang sekali melontarkan pertanyaan dengan jawaban panjang dan mengulik orang lain. Dalam waktu singkat, laki-laki berambut pendek itu sudah mengetahui separuh kehidupan Brianna.

"Kenapa harus gelas plastik?" tanya Lexy lagi ketika pelayan yang mengantarkan makanan dan minuman meletakkan pesanan mereka.

"Aku sedikit ceroboh. Suka menjatuhkan barang, menabrak, tersandung. Yah, begitulah. Jadi untuk amannya, aku selalu meminta gelas plastik untuk minumanku atau minuman kemasan."

"Yah, kupikir aku sudah menduganya setelah insiden tabrak-kopi sama Jay."

Brianna tertawa. Dia baru saja bercerita mengenai kejadian kopi itu setelah Lexy bertanya kenapa dia terlihat gugup saat berhadapan dengan Jay. Seperti laki-laki lain, awalnya Lexy menduga dia gugup karena wajah Jay.

Sambil menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya, Brianna memperhatikan kafetaria yang masih cukup ramai ini. Sepertinya banyak karyawan yang memutuskan pulang malam supaya tidak terkena macet di jalan. Jakarta memang padat, dan perjalanan menuju rumah bisa jadi perjalanan panjang. Mungkin itu sebabnya banyak yang memutuskan untuk mengisi perut dulu.

"Rumah kamu dimana?" Brianna menjawab pertanyaan Lexy.

"Kalau sudah selesai, yuk aku antar pulang. Rumah kita searah." Laki-laki itu berdiri dan membayar tagihan.

"Lain kali, aku yang bayar ya." Bagaimanapun Brianna tidak mau merepotkan orang lain. Ucapannya hanya dibalas senyum oleh Lexy.

Mereka berjalan bersisian. Saat melewati sebuah meja, tas Brianna menyenggol gelas. Namun, dengan reflek yang mengagumkan, gadis itu menangkap gelas sebelum menyentuh lantai meskipun airnya tumpah kemana-mana.

Seorang pelayan bergegas menghampiri mereka sambil membawa kain pel. Brianna berulang kali meminta maaf dan memesankan minuman baru untuk orang yang minumannya dia tumpahkan.

Lexy terus tertawa setelah gadis yang kini mengikat rambut panjangnya setelah insiden gelas tumpah itu, datang dari wastafel. Laki-laki itu berjalan di belakang Brianna.

"Jaga-jaga, siapa tahu kamu masih niat numpahin gelas lain."

"Ha ha. Lucu," dengus Brianna sambil berjalan cepat sementara Lexy masih terus tertawa.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang