Chapter 21: Mistake

2.5K 247 4
                                    

Brianna turun dari taksi online yang mengantarnya dari bandara ke hotel. Sudah hampir jam sepuluh malam ketika dia sampai di Yogyakarta. Dia mengirimkan pesan singkat ke atasannya. Lagi-lagi pesan itu hanya dibaca tanpa ada balasan. Sambil menghela napas, gadis itu menyeret kopernya menuju resepsionis. Urusannya dengan Jay bisa menyusul, yang penting dia masuk kamar dulu dan meluruskan kaki.

Baru saja gadis itu masuk ke dalam kamar, sebuah pesan masuk. Setelah membaca pesan, Brianna bergegas keluar dengan membawa peralatan training. Bagian concierge hotel menghubunginya dan berkata bahwa persiapan kelas bisa dilakukan. Persiapan ini memang biasa Brianna lakukan di malam sebelum hari H. Selain mengurangi kesibukan di pagi hari, pengecekan sebelum kelas berlangsung bisa dilakukan sehingga ketika ada kekurangan, bisa dilakukan mitigasinya. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi bencana.

Jam sebelas malam, persiapan kelas sudah selesai dilakukan. Modul-modul materi beserta alat tulis sudah dibagikan. Brianna belum mengecek sound dan microphone karena tim engineering baru akan standby besok pagi. Dia memutuskan untuk mengecek pagi sekali sebelum sarapan. Sambil menguap yang rasanya hampir menyebabkan rahangnya copot, gadis itu melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih pada tim hotel yang telah membantu.

Rasanya baru sebentar dia memejamkan mata ketika terdengar dering alarm. Dia melirik jam di gawainya. Jam lima pagi. Sudah saatnya bersiap-siap. Setelah melempar selimut ke samping, gadis itu bergegas mandi.

Hari pertama training, biasanya ada pembukaan kelas dari client. Itu sebabnya Brianna memutuskan untuk memakai blazer berwarna abu-abu dengan celana sewarna. Biasanya Jay juga mengenakan jas untuk hari pertama. Memakai blazer, selalu membuat gadis berambut panjang itu merasa profesional. Setelah menjepit rambutnya supaya rapi, Brianna keluar dari kamar sambil menenteng tas laptop dan kamera.

"Jay," panggilnya pada laki-laki yang memakai jas hitam.

"Maafin aku kemarin ya, Jay." Bicara dengan Jay, harus to-the-point. Laki-laki itu benci dengan segala hal berputar-putar atau berbelit-belit.

"Lakukan kerjamu dengan baik. Kelas sudah siap?" Jay tidak menanggapi permintaan maaf Brianna. Tapi setidaknya laki-laki itu sedikit berkurang kakunya saat Brianna menjelaskan persiapan yang sudah dilakukannya.

Mereka beranjak ke ruang training segera setelah selesai sarapan. Brianna memutuskan untuk mengecek semua perlengkapan dan peralatan sekali lagi. Dia memindahkan Papan-papan flipchart dan menyusunnya di belakang supaya tidak mengganggu peserta saat training berlangsung.

"Brianna!"

Gadis yang baru saja meletakkan flipchart terakhir itu, menoleh. Dia bergegas menghampiri Jay yang terlihat gusar. Kerutan di dahinya terlihat jelas.

"Ini file materi yang kamu bawa salah. Saya kan sudah info di email terakhir untuk materi paling update. Jangan-jangan kamu nggak bawa artikel yang saya minta juga ya?" Wajah Brianna pias mendengar ucapan Jay.

"Untung saya bawa materinya. Tapi kamu terpaksa perbanyak artikelnya siang ini juga karena saya akan pakai sore ini," tandas Jay.

Brianna hanya tertunduk. Dia merasa sial sekali. Berkali-kali dia berusaha untuk melakukan pekerjaan dengan baik, berkali-kali pula dia melakukan kesalahan. Ucapan-ucapan Jay berikutnya membuat pipi gadis itu memerah. Dia hanya sanggup mengatakan akan segera memperbanyak artikel, lalu bergegas keluar ruangan.

Sebagian orang tidak mau berlama-lama di toilet. Bagi Brianna, toilet saat ini adalah tempat teramannya. Bilang saja dia sedang sensitif atau tidak mau menerima keadaan, tapi kondisi ini cukup menekan perasaannya.

"Kenapa sih kamu kerja nggak pernah becus?"

Ucapan Jay tadi terngiang-ngiang di telinganya. Sekuat tenaga Brianna  menahan tangis, dia tidak akan pernah mau meneteskan air mata untuk orang yang menyebalkan itu.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang