Brianna merapikan baju-bajunya ke dalam koper. Besok adalah hari terakhir training dan mereka akan check out saat siang. Setelah training selesai, mereka akan pulang ke Jakarta dengan pesawat terakhir. Setelah urusan koper selesai, dia mengecek tiket, melakukan website check in dan melakukan permintaan Jay untuk mengubah tempat duduk supaya mereka bisa bersebelahan.
Sesudah semua beres, gadis itu memanaskan air dengan ketel dan menyeduh teh. Sambil duduk di pinggir jendela, Brianna menatap kelap kelip lampu kota dan kembali tenggelam dalam pikirannya mengingat ucapan Jay tadi.
Awalnya, dia merasa tersinggung dan marah dengan ucapan Jay. Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya Jay benar. Dia memang beberapa kali terlibat masalah karena sifatnya yang mudah lupa, dan dalam menyelesaikan masalahnya, dia berusaha tidak merepotkan orang lain tapi lalai dalam menginformasikan ke timnya sehingga masalah yang sama terus terjadi berulang-ulang.
Gawai yang diaktifkannya dengan mode silent, berkedip-kedip tanda telepon masuk. Melirik nama penelpon, Brianna mendesah dan mengangkatnya. Setidaknya ini bisa jadi penghiburan.
“Hei! Lama banget yaaaa ngangkatnya.” Terdengar suara cempreng Lexy di ujung sana.
“Kenapa lo telpon? Tumben banget. Kangen?” Brianna terkekeh.
“Iyalah. Sepi di sini. Nggak ada yang bisa di bully. Fidel mah galak bener macam singa kalau dicolek. Eh, gue ada gosip baru.” Membayangkan laki-laki dengan perut chubby itu bicara dengan penuh semangat, Brianna tertawa lagi.
“Gosip apa lagi? Lo parah ya. Gila gosip banget,” cetusnya.
“Bukan sembarang gosip. Nih gue dapet dong foto orang yang waktu itu jalan sama Jay. Akhirnya bujang lapuk itu laku juga.” Brianna mengerutkan kening. Dia berpikir, bukannya Lexy juga masih single. Ini jadi kaya maling teriak maling deh. Tawanya tersembur tanpa tertahan.
“Kalau Jay bujang lapuk modal tampang. Nah lo bujang lapuk modal apa?” tawanya menggema dalam kamar hotel.
“Gue modal kelucuan dan perut chubby dong. Hahaha. Eh, gue kirimin via whatsapp ya. Lo jangan kaget. Gue tutup ya telponnya.” Tanpa menunggu jawaban Brianna, laki-laki itu langsung menutup teleponnya.
Tidak lama, terlihat pesan whatsapp masuk. Brianna membuka pesan dari Lexy. Ada dua foto yang masuk. Seketika wajahnya terkejut. Foto itu, dia kenal sekali. Itu adalah foto Jay saat Mila dan dia menumpang mobil Jay setelah pulang kondangan. Sudut pengambilan foto hanya memperlihatkan wajah samar Mila dan Jay, sementara wajahnya sendiri tersembunyi dalam keremangan malam dan jendela mobil yang gelap. Lalu menyusul pesan masuk.
Lexy: Gimana? Keren kan gosip gue. Hosip nihh. Hot gossip.
Brianna: Gercep lo ye? Tapi lo mah parah deh. Ini foto temen gue pas kita nebeng Jay pulang kondangan.
Lexy: Hah? Nggaklah. Buktinya lo nggak ada tuh. Gue kan bisa ngenalin lo dari jarak satu kilo.
Brianna: Gue duduk di kursi belakang. Jay itu anak dari temen bokap gue. Makanya kita bisa ketemu di tempat kondangan.
Lexy: Lo serius?
Brianna: Dua rius.
Lexy: Mati gue, Bee. Mati gue.
Brianna: Kenapa sih?
Lexy: Gue kirim fotonya ke grup kantor.
Brianna terbelalak menatap layar gawainya sendiri. Dalam beberapa kesempatan, dia selalu berpikir Lexy adalah orang ajaib yang bisa berubah-ubah antara trainer yang mumpuni dengan orang yang hobi bercanda dan gosipers tingkat dewa. Tapi tindakannya kali ini pasti akan memancing sisi lain Jay. Hanya Brianna yang tahu bagaimana menyeramkannya Jay ketika marah. Dia pernah mengalami itu ketika meninggalkan berkas tes akhir dalam salah satu training bulan lalu. Sementara orang-orang kantor sekedar mengenal Jay sebagai sosok yang cuek, cenderung dingin namun piawai dalam bicara di depan umum dan membawakan materi secara menarik.
Brianna: Mending lo hapus deh, Lex. Lo nggak pernah sih liat Jay marah. Dijamin lo bisa pipis di celana pas dia ngamuk.
Lexy: Lo nggak membantu banget ya. Malah nakut-nakutin.
Brianna: Eh perut chubby, gue ngomong serius ya. Lo hapus sekarang juga.
Lexy: Telat, Bee 😭😭. Dia uda liat dan lagi typing text ke gue. Gue matiiii ini.
Brianna hanya menggelengkan kepalanya. Chat dari Lexy kemudian terhenti meskipun beberapa kali dia mengirimkan pesan. Akhirnya gadis itu menyalakan televisi dan mencari channel yang menarik. Diliriknya gawai yang sekarang diam seribu bahasa. Setelah berpikir sejenak, dia mengangkat gawai dan menelpon seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
ChickLit[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...