Chapter 30: Hari Ketiga

2.4K 246 1
                                    

Brianna mengecek berkas surat kesehatan yang di-submit ke dalam form online. Jemarinya memilah mana peserta yang memiliki riwayat kesehatan serius dan mana yang tidak. Jadwal mereka besok adalah kegiatan di luar. Tidak seberat outbond karena konsepnya adalah melatih komunikasi dan leadership para peserta, namun tetap saja mereka harus waspada.

Kegiatan di luar ruangan ini membuat Future With Us bekerja sama dengan vendor Amazing Race, sebuah perusahaan jasa training outbond dan outdoor activities. Itu sebabnya Brianna harus mengecek surat kesehatan masing-masing peserta. Sejauh ini, tidak ada riwayat sakit berat.

"Biar gue aja yang lanjutin rekap-nya," kata Bunga sambil mengambil alih laptop yang sedang membuka form kesehatan para peserta.

Brianna hanya mengangkat bahu lalu mengalihkan perhatiannya ke powerpoint informasi perlengkapan outdoor activities. Dia merapikan beberapa bagian lalu melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Hampir jam sepuluh, waktunya coffee break. Brianna berjalan menuju lorong tempat hotel menyiapkan snack coffee break mereka. Tepat pada waktunya, setelah dia mengecek menu snack, lautan peserta membanjiri lorong.

Berhasil menyelinap ke dalam tepat pada waktunya, Brianna masih sempat mendengar kata-kata Jay, "Oh kamu sudah rekap data kesehatan peserta? Good job."

Brianna hanya memutar matanya ketika Bunga tersenyum kegirangan. Dia geli melihat perempuan yang suka mengeluh di belakang Jay tapi menjilat di hadapan laki-laki itu. Dunia kerja tidak sehitam putih yang dibayangkannya. Banyak ruang abu-abu dimana tinggal manusia setipe dengan Bunga.

"Bus gimana, Nga?" tanya Jay lagi.

"Itu urusannya Brianna. Eh Brianna, bus gimana? Beres kan?" Brianna mengerutkan dahi.

"Kan lo yang kontakan sama orangnya. Kerjaan gue kan lo ambil semua," balas Brianna sambil tersenyum. Sementara itu Bunga membalas senyumnya dengan kaku.

"Whatever-lah siapa yang ngurus apa. Buat saya yang penting itu, acara berjalan lancar," sahut Jay lalu beranjak mengambil kopi.

Brianna mengangkat bahu lalu mengikuti Jay, mengambil kopi. Rasanya dia mengantuk sekali. Minum kopi mungkin akan membantunya untuk tetap waras. Tadi malam, dia harus ke rumah sakit setelah kerja karena Mila menelepon kalau dia harus dirawat. Harapan Mila untuk bicara dengannya terkabul di tempat yang tidak menyenangkan. Hari ini, dia membantu Bunga di tempat training dan rasanya sangat melelahkan. Apalagi dengan sikap Jay yang bisa berubah jika berhadapan dengannya.

Brianna: Lex, besok lo ikut dong pas outing.

Lexy: Sori, Bee. Gue ada urusan.

Brianna mendecakkan lidah melihat balasan Lexy. Besok, Pak Malviano memintanya untuk ikut ke tempat outing. Selain untuk mengurus peserta, juga untuk melihat kinerja vendor outdoor activities tersebut. Lexy dan Fidel tidak bisa ikut karena mereka ada undangan forum discussion group dari client lain. Itu sebabnya dia yang membantu Jay dan Bunga. Terus terang, kalau boleh memilih rasanya dia mau ikut Fidel pergi meeting daripada harus mendampingi Jay.

"Mbak Brianna, besok ikut?" tanya seorang peserta yang sedang mengambil teh.

"Iya, Bu. Nanti saya ikut," jawab Brianna sambil tersenyum.

"Syukurlah. Saya jadi sedikit tenang." Jawaban Ibu itu membuat Brianna berpikir. Entah apa maksudnya, tapi akhirnya dia hanya menanggapi dengan senyum.

Menu makanan di hotel ini cukup enak dengan variasi kue yang enak. Kopi-nya pun lumayan enak. Dilihatnya salah seorang peserta membawa biji kopi dan grinder sendiri. Cukup menarik melihat peserta itu membuat kopi sendiri.

"Wah, Pak Alvin ini pecinta kopi rupanya," sapa Brianna ramah.

"Yah, ndak juga. Aku suka kopi segar. Ini kopi arabica mba. Tadi saya juga membuatkan satu cangkir untuk Pak Zayyan," jawab Pak Alvin sambil tersenyum.

Brianna mengerutkan keningnya mendengar nama Jay disebut. Dia ingat, kalau asam lambung Jay seringkali naik kalau meminum kopi arabica. Dihampirinya laki-laki yang sedang meletakkan piring kue dan cangkir kosong ke tempat yang sudah disediakan.

"Jay, kamu minum arabica? Perut kamu nggak apa-apa?" tanya Brianna. Jay menatapnya sekilas.

"None your business." Mendengar kata-kata itu, tangan Brianna menahan Jay.

"Absolutely my business. Kamu masih harus ngajar setengah hari lagi. Aku nggak mau ambil resiko kamu sakit." Jay menatapnya dengan tajam.

"Saya minum yang robusta. Tenang saja," sahut Jay akhirnya.

Brianna menyusul laki-laki itu masuk ke dalam ruangan. Sebentar lagi mereka akan mulai. Tidak disadarinya sepasang mata yang menatap dengan tajam dengan sorot tidak suka terpancar kuat.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang