28. Sensitif Bau

8.1K 551 16
                                    

🐦🐦🐦

"Yang nggak ada sarapan lain apa, ini telurnya kamu masak yang bagus apa yang udah busuk sih, kok bau." keluh kevin sambil menjauhkan piring scramble egg-nya.

Clarissa menatap kevin dengan dahi berkerut, "masa sih bau, coba sini.." clarissa pun menarik piring kevin lalu mengendus telur orek dipiring tersebut,  "nggak ah, nggak bau, biasa aja, hidung kamu kali."

"Ih itu bau cla, amis, ganti deh yang baru." suruhnya lagi.

Clarissa mendengus pelan namun ja menurut saja apa kata suaminya tersebut.

Clarissa berjalan kearah kulkas lalu kembali sibuk membuat sarapan untuk kevin, tak berselang lama,  telur pun masak lalu kembali dihidangkan pada kevin.

"Nih, kali ini aku jamin nggak bau."

Kevin pun menarik piringnya lalu mencium telur yang masih berkukus, wajah ya menyerngit lalu mendorong lagi telurnya , "aku sarapan roti ajalah, nggak mau telur, telurnya bau."

Clarissa ternganga hingga helaan nafasnya terdengar jelas.

Kevin terlihat menikmati roti panggang selai kacangnya dengan callen disamping yang masih sibuk dengan sereal coklatnya.

"Callen kalo mau sarapan itu mandi dulu, kan makannya nggak enak kalo kamunya bau." kevin mencoba memperingati callen.

Callen menoleh heran pada papanya, hal tersebut tak jauh berbeda dari clarissa.

"Btw callen udah mandi bareng kamu tadi, lupa?"

"Oh ya?" kevin bertanya seakan tak percaya pada clarissa.

Clarissa pun kembali mendengus pelan, "kamu kenapa sih, pagi ini banyak ngeluhnya, tadi katanya sarung bantal lah bau, tiba-tiba nggak suka bau shampoo aku lah, telur bau amis lah, sekarang anak kamu juga dikatain bau."

Mendengar ocehan clarissa, kevin pun terhenti mengunyah, otaknya mencerna dan tak menyadari ternyata ia mengeluh sudah sebanyak itu untuk pagi ini.

***

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 pagi,  Kevin pun bersiap-siap sambil memasangkan sepatu callen.

"Kamu serius mau ngajak callen, tumben?" tanya clarissa.

Kevin menoleh,  "temen-temen pada ngerengek minta bawa callen, hampir tiap hari ditagih, ya udah dari pada diteror terus mending aku bawa sekali-kali." sahutnya ringan.

Clarissa hanya mengangguk-angguk sambil menyerahkan tas kecil yang berisi perlengkapan callen,  "jangan capek-capek, ntar dia sakit."

"Iya tenang aja, ya udah kami berangkat."

"Byee.."

Sepeninggal kevin dan callen, clarissa pun berniat berdiam diri dirumah,  entah mengapa ia malas melakukan apapun, walaupun sedari tadi namira terus mengoceh tentang pembukuan restoran, yang clarissa lakukan hanya mengabaikan sementara sahabatnya tersebut,  ia terlalu pusing jika harus ditambah dengan deretan angka ditengah-tengah bulan awal kehamilannya sekarang.

Ya, ini sudah bulan ketiga kehamilan clarissa, suasana pagi terasa lebih payah dari biasanya.

Dikehamilannya kali ini, ia lebih sering mual dan muntah tak mengenal waktu sementara untuk hal mengidam entah mengapa ia tak merasakannya sama sekali.

Callen's Diary ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang