🌼🌼🌼
"Papa kok pake celananya kayak gini, kan callen udah pake celana?" tanya callennyang heran saat kevin memakaikan celana berbahan anti air padanya.
"Ini celana supaya kamu nggak kotor callen."
Kening anak 3 tahun tersebut mengerut, "kan kita cuma mau tangkap belut."
Kevin mendongak, "kamu fikir kita tangkap belut pake apa, pancing, ya pakai tangan lah."
Kevin dengan segala kemiringannya, ia berbicara pada callen seakan callen bisa memahami struktur katanya, namun karena terlalu sering diajak bicara dengan format kata seperti itu, tak ada masalah bagi callen, sedikit banyaknya ia bisa faham apa inti dari perkataan kevin.
"Jadi kita tangkap belutnya pake tangan?"
"Hhmm.." sahut kevin yang kali ini memasangkan sepatu boots pada callen.
Callen menatap kakinya yang sudah terpasang sebuah sepatu plastik dengan bentuk aneh, "papa ini sepatunya kenapa kayak gini, kayak kaki Jobaria." callen tak bermaksud memprotes, ia hanya bertanya tapi dengan nada heran.
"Itu sepatu boots callen." jelas kevin pendek.
Dahi callen masih mengerut, "bukannya sepatu boots itu kayak punya mama yang ada bulunya, kenapa yang ini nggak ada bulunya?"
Callen dan kalimat tanya, seolah terlahir sempurna sebagai teman yang Setia menemani kemanapun ia pergi.
Kevin tak menjawab pertanyaan callen, bukan karena tak ingin menjawab, ia hanya ingat teguran clarissa yang sering mengatakan jika lebih baik tidak dijawab daripada harus memberi jawaban aneh.
"Callen, bisa nggak pergi sendiri ke sawah punya opa diujung sana, papa mau ke toilet sebentar." kata kevin.
Mengapa ia dengan mudahnya melepas callen, karena jalan menuju sawah hanya ada satu jalur, ditambah dengan beberapa penduduk sekitar banyak yang sudah mengenal callen, jadi seandainya pun ia mampir untuk melihat-lihat sekitar, orang-orang tetap tau jika callen adalah keluarga dari Pak Setyo.
"Oke papa, callen duluan ya cari opa buat nangkap belut." sahutnya dengan ringan lalu berjalan begitu saja meninggalkan kevin.
Setelah berjalan sendiri, callen terus menghentak-hentakkan kakinya dengan ceria, entah mengapa perasaannya sangat senang hanya karena suasana desa yang memang tak pernah sama sekali ia rasakan sebelumnya.
Hidup terkurung didalam rumah luas dan mewah ternyata tak semenyenangkan hidup diluar rumah, begitulah sepertinya yang dirasakan oleh Callen saat ini.
Saat ia sibuk menikmati pemandangan disisi kanan kirinya, callen berhenti sejenak lalu menghampiri salah satu orang tua seusia pak setyo yang tengah memancing.
"Halo kakek.." sapa callen yang mana mode akrabnya sedang aktif.
Kakek tersebut menoleh lalu tersenyum senang melihat callen, "oooh cucunya setyo ya kamu, mau kemana?" tanya kakek tersebut.
Callen berjalan mendekat, "mau menangkap belut sama kakek sama opa disana." sahut callen.
"Kakek lagi apa?" tanyanya lagi sambil memperhatikan kail yang masih terjuntai disungai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Callen's Diary ✔️
Fanfic(FOLLOW SEBELUM BACA) (COMPLETE) -Sequel Stupid Romance- "CALLEEEN!" Teriakan khas dari keluarga Sanjaya mulai terdengar di pagi hari. "ngapain?" Anak usia 2 tahun itu mendongak polos dengan wajah bantalnya. "Dinosaurus ku lapar mama, katanya d...