"Yo! Vanendra mana Vanendra?"
Sudut bibir Felix berkedut kesal saat segerombolan senior kelas dua belas itu tiba-tiba masuk ke dalam kelasnya dan merusuh. Saat itu memang jam kosong, sih. Namun tetap saja, siapa yang tidak terganggu saat sekumpulan anak-anak bertampang berandal, berisik, dan rusuh memasuki kelas yang awalnya tenang?
Tanpa sadar Felix melempar pandang kesal ke arah Jisung yang mengobrol santai dengan salah satu dari mereka. Hal itulah yang dulu pernah dikhawatirkannya saat pegawai komite menempatkan Jisung satu kelas dengannya, teman-teman berandalan Jisung yang seenaknya merusuh di kelasnya.
Seungmin sendiri sudah beberapa kali bertukar pandang dengan Felix, ekspresi terganggu tertera di wajahnya sementara dia mencengkeram buku pelajaran yang tadi dibacanya. Felix tahu sekretarisnya itu merasa kesal karena kegiatan membacanya terganggu.
Hyunjin juga memandangi mereka dengan kesal, karena keributan yang diciptakan orang-orang itu membangunkannya dari tidur lelapnya. "Gigit aja sana mereka, Sa." Hyunjin mengompori Seungmin yang langsung memukul tangannya dengan buku.
"Ini nih yang gue gak suka kalo Vanendra sekelas sama kita." Seungmin merengut, mengacak rambutnya sendiri.
Karena teman-temannya yang lain juga nampak terganggu, Felix sebagai ketua kelas akhirnya berinisiatif untuk angkat bicara. "Er—kak? Bisa gak jangan rusuh di kelas orang? Menggangu, tau."
Satu, dua, tiga—sepuluh pasang mata di depan kelas, termasuk Jisung—menatapnya lekat. Satu di antara mereka yang paling tinggi tertawa kecil.
"Weits, galak banget. Ntar cantiknya ilang, lho, dek."
Felix mendengus kesal saat ucapannya tak diindahkan, malahan mereka seperti sengaja menggodanya dengan saling melontarkan candaan lalu tertawa keras-keras.
Sang ketua kelas akhirnya bangkit dari duduknya, lalu menggebrak meja keras-keras. "Keluar! Rusuh jangan di kelas orang! Berasa yang punya sekolah apa, ha?!"
Kumpulan senior itu langsung diam, lelaki yang tadi berbicara dengan Jisung menoleh menatapnya dan mengulum senyum miring. "Lo siapa sih, sok ngebos banget?" Dia berjalan mendekati Felix, ekspresinya tajam, kemudian mengulurkan tangan untuk mengelus pipinya, sementara Felix bergidik. "Guess what, gue emang yang punya sekolah, dek. Jadi terserah gue dong mau ngapain? Justru orang-orang kayak lo yang gak punya hak dan sok ngebos di sini, bisa keluar—"
"Kak Dewata." Jisung menepuk pundak pemuda itu. "Punya gue jangan disentuh." Dia mendelik pada Felix yang baru ingin membantah ucapannya, mengisyaratkan pemuda itu untuk diam.
Woojin —pemuda itu— menurunkan tangannya kemudian tertawa. "Oh, pacarnya Vanen? Pantes berani sama gue, haha. Galak banget sih manis, sori ya kita ngerusuh di kelas lo." Dia kemudian memanggil teman-temannya yang lain. "Cabut, oi. Ibu negaranya Vanendra galak nih." Ucapannya langsung dituruti, senior-senior itu langsung beranjak meninggalkan kelas Felix, namun diiringi dengan godaan untuk Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Short Story(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]