Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lepas maskernya terus buang di sini, terus langsung cuci tangan pakai sabun. Nanti pas mau pulang ambil masker baru."
Empat orang pemuda dan seorang gadis yang duduk melingkar mengelilingi meja makan besar itu mengangguk. "Iyaa siap!"
"Tuan rumah nggak nyediain makan, nih? Biar lebih terjamin kan higienitasnya."
"Bisa bangeeet. Ini, ya." Sang gadis meletakkan sepiring roti lapis daging ke tengah-tengah meja makan. "Kalian pada ke sini mau belajar apa makan, sih."
"Dua-duanya sih, Lan. Hehe. Tapi ini—hm...lo yang masak? Maaf ya tapi gue kayaknya enggak—"
"Bukan, Fik. Tenang aja. Itu tadi mesen di tetangga, kok. Orang Jawa, piringnya juga punya dia." Delana Shuhua berujar menenangkan. "Aku tau kok meski bahan makanannya halal, tapi kalau tempat dan alatnya bekas yang haram, tetep bisa jadi haram buat kamu."
Alfikar Hyunjin Dinata bertepuk tangan semangat. "Hehe kalo gitu gue makan langsung ya!"
"Eitt—" Felix mengulurkan tangan untuk menarik sejumput rambut Hyunjin hingga si empunya mengaduh kesakitan. "Cuci tangan dulu, anjir."
"Kan udah pakai hand sanitizer!"
"Tapi kan abis itu lo ngelepas masker pake tangan."
"Lo ngeback-up Felix kan cuma karena—" ucapan Hyunjin terhenti di tengah jalan saat Vanendra Jisung Anggara menatapnya lekat dan tersenyum memperingatkan. "Ehe. Ga jadi. Iya iya gue cuci tangan."
"Aku kangen bangeeeet sama kalian." Shuhua menaruh pipinya ke tangkupan tangan di atas meja.
"Halah, paling kangen Atha doang," canda Felix.
"Bener tuh," Hyunjin menimpali sebelum mengambil sebuah roti dan mengunyahnya cepat-cepat. "Lana mah sepik doang kangen kita."
"Paling kangen muach-muach," Seungmin yang biasanya kalem pun ikut-ikutan menimbrung.
Shuhua menjerit. "Mana ada!!!" Sementara objek pembicaraan mereka yang satu lagi hanya tertawa kecil.
"Dah, dah. Yok mulai aja tugasnya." Sunwoo menengahi teman-teman dan kekasihnya yang ribut sendiri. "Ini proyek satu semester, kan. Harus bagus biar nilai semester depan terjamin. Kalian ada ide?"
Felix membaca ulang isi ponselnya, petunjuk dan perintah dari guru mereka untuk mengerjakan tugas kelompok Geografi untuk nilai satu semester. Kalau bukan karena tugas itu satu-satunya tugas pelajaran tersebut setelah masa sekolah di rumah, Felix mana mau keluar rumah dan berkumpul dengan orang, meskipun itu teman-temab dekatnya dan hanya untuk mengerjakan tugas, bukan nongkrong tidak jelas.
"Disuruh buat presentasi nyata." Felix menggaruk tengkuk. "Apa dibuat bentuk mading aja? Tema yang kita dapet apa?"
"Pertambangan, nih. Kelompok empat." Seungmin bercetus. "Boleh tuh dibuat mading. Nanti divideoin cara membuat sama pas presentasinya ya?"