dyo

4.4K 783 329
                                    

"Heh bangun, nggak malu apa pacarnya udah sibuk di dapur kamu masih ngebo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh bangun, nggak malu apa pacarnya udah sibuk di dapur kamu masih ngebo?"

"Ugh... Lima menit lagi!"

"Kamu udah bilang itu tiga kali dari sejam yang lalu, Afi sayang. Bangun atau kakak siram air?"

Felix menggerung kesal, melempar selimutnya menjauh dan berusaha melotot pada sang kakak yang berdiri di samping tempat tidur. Namun karena kedua matanya belum sepenuhnua terbuka dia hanya terlihat seperti orang rabun jauh yang sedang berusaha melihat sesuatu di kejauhan.

"Bangun dek, cuci muka, mandi, pacarmu udah kelotakan di dapur tuh. Bentar lagi papa bangun. Kalau kamu mau papa ketemu Vanendra pas enggak ada kamu sih nggak apa-apa sana tidur lagi, paling ntar pacarmu kena interogasi."

"Hngggg...."

"Nanti ditanya-tanyain, kenapa mau sama Afi yang buluk ini, kenal Afi dari mana, udah pernah ngapain aja, tau nggak apa aja kesukaannya Afi, waifunya siapa, oshinya siapa, biasnya siapa, pernah berantem apa enggak, kalo berantem bibirnya Afi mecucu-mecucu jelek apa enggak,"

"IYA IYA AKU BANGUN, BERISIIIK."

Chan tersenyum puas saat Felix buru-buru bangkit berdiri, namun berdecak saat sang adik berjalan sangat perlahan seperti zombi menuju kamar mandi.

"Buruan atau kakak mandiin?"

"JANGAN NGADI-NGADI YA KAMU ANAKNYA PAK MAHENDRA."

"KAMU JUGA ANAKNYA PAK MAHENDRA YA."

"JANGAN TERIAK-TERIAK, EMANGNYA KITA TINGGAL DI HUTAN."

"HEH KAMU JUGA TERIAK-TERIAK, DASAR ORANG HUTAN."

"IH KAK A'IM NGATAIN AKU!"

Felix memutuskan untuk hanya menyisiri rambutnya dengan jari sembari turun ke lantai bawah, membatin nista, 'kalau Vanen nggak suka ngeliat aku di saat kayak gini, dia nggak berhak ngeliat aku di saat terbaik'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix memutuskan untuk hanya menyisiri rambutnya dengan jari sembari turun ke lantai bawah, membatin nista, 'kalau Vanen nggak suka ngeliat aku di saat kayak gini, dia nggak berhak ngeliat aku di saat terbaik'. Agaknya dia lupa Vanendra Jisung Anggara sudah pernah melihatnya di saat terburuknya, waktu menangis dengan mata sembab dan hidung ingusan.

Demesne [1/2] +JilixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang