[yang abis nonton jilix di kingdom week terus keinget vanen-zaya, i am you, i see me in you.]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini pembagian iklim bakal penting, firasatku sih bakal keluar banyak. Hafalin aja, cari jembatan keledai*nya. Waktunya mepet, materi yang udah kamu kuasain, lewatin aja. Percuma kalo fokusin ke situ tapi nanti keluarnya cuma dikit."
Felix mengangguk-angguk, menggarisi beberapa kata kunci di bukunya. "Sensus penduduk ini yang penting tau jenis-jenisnya aja kan ya? Nggak bakal banyak keluar nggak sih?"
Jisung mengangguk. "Kamu lemahnya di interaksi desa-kota, kan? Sama pola persebaran? Itu aja dimantapin dulu."
"Yang rumus-rumus di pertumbuhan penduduk?"
"Rumusnya kan gitu-gitu aja, nggak banyak berubah. Bisa dilogikain, kamu kan pinter. Kalau yang pola ini baru nggak bisa dilogikain."
Felix menghela nafas, mendorong bukunya menjauh. "Capek banget, Van. Nggak kuat."
Jisung mengangkat kepala, meringis melihat wajah Felix yang merengut seakan dia mengalami rasa sakit fisik. "Ya udah, istirahat dulu kalau capek. Jangan dipaksain, ya?"
"Aku nggak istirahat aja materinya tetep nggak kekejar, apalagi kalau pakai istirahat." Felix mendesis, menjatuhkan kepalanya ke meja makan tempat mereka berdua belajar tanpa jeda selama empat jam terakhir. "Bisa lolos SBM nggak, ya? Saingannya banyak banget. SNM yang cuma segitu aja aku nggak lolos, gimana SBM?"
Jisung mengulurkan tangan, menggenggam jemari Felix yang tertangkup di atas buku materinya, memainkan jemarinya acak. "Jangan pesimis gini, ah. Masa' udah kalah sebelum berjuang?"
"I gave up. Aku mau daftar swasta aja sekarang. Kata kak A'im duit papa masih banyak, kok." Felix mulai melantur, membuat kekasihnya tertawa kecil.
"Baby," Jisung meremat jemari Felix di genggamannya, mencoba menarik fokus pemuda itu padanya. "I'm not giving up on you. Nggak cuma kamu yang harus ngerasain ini, aku jelas-jelas masih di sini. Dan kamu jauh lebih pinter daripada aku. Zaya yang aku kenal nggak gampang nyerah gini. Kamu ngebogem Drian dan ngegasin kak Dewata aja bisa, masa' cuma berhadapan sama soal yang bentukannya nggak seserem muka mereka langsung ciut?"
Felix masih tak mengangkat kepalanya, hanya mengeluarkan suara tak jelas campuran antara gerutuan dan rengekan.
"Istirahat dulu kalau capek, nggak apa-apa. Progressmu nggak akan mundur cuma gara-gara istirahat dua puluh menit, kok. Ayo mau ngapain? Nonton Detective Conan? Vcg sama anak-anak?"
Felix menggeleng. "Mereka pasti lagi pada belajar, jangan diganggu." Dia akhirnya mengangkat kepalanya, meraih salah satu buku materinya yang lain. "Ayo belajar PK sekarang, aku kurang banget di situ. Liat nih contoh soalnya, ada step by step pemecahannya tapi dia nggak ngasih tau angka ini dapet dari mana dan kenapa ditaruh di sini! Sumpah gila banget, nggak waras, bajingan, kayak kambing."