upsilon

5.9K 933 267
                                    

["Van

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

["Van..."]

Jisung mengerjap, jantungnya berdetak tak karuan dengan bodohnya, hanya karena Felix menyebut namanya. Duh, lemah.

"...ya Za?"

Jisung menggigit bibir, cemas. Felix tidak seperti biasanya. Tadi dia tiba-tiba menelepon Jisung begitu saja. Mereka memang dekat, tapi belum dalam konteks di mana bisa seenaknya menghubungi satu sama lain—meski Jisung tak keberatan sama sekali—dan biasanya Jisung lah yang akan menginisiasi percakapan mereka lewat telepon.

Namun di sore hari yang cerah itu tidak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Felix meneleponnya, dengan suara kecil yang nyaris pecah? Jelas saja Jisung khawatir setengah mati.

"Za... Kenapa? Lo lagi digangguin sama orang? Perlu gue samperin?"

["Nggak, nggak usah disamperin."] Kernyitan di kening Jisung mendalam mendengar suara Felix yang terdengar makin lemah. ["Mama gue, Van. Mama udah nggak ada."]

Jantung Jisung rasanya jatuh sampai ke perut. "Mama—mama lo, Za? Gue samperin ke rumah sekarang, ya? Perlu gue kasih tau anak-anak? Fikar, Lana, Atha?"

["Nggak, nggak usah dateng. Lo sama yang lain nggak boleh dateng."]

Jisung mengerjap lagi. Tunggu. Mamanya Mazaya... Dokter yang lagi tugas... Berarti...

["Gue sekeluarga ODP, Van. Mama meninggal karena tertular waktu ngerawat pasien Covid. Kalian nggak boleh ketemu gue dulu."]

"HAH?!" Jisung mengerjap. "Anjir—seriusan? Emangnya—waktu udah positif, mama lo ada balik ke rumah?"

["Sejak rumah sakitnya dijadiin rujukan pasien virus, pernah sekali doang, ngambil alat. Abis itu nggak pernah pulang, tapi kita disuruh karantina mandiri buat jaga-jaga. Tadi...kita bahkan nggak liat mama buat terakhir kalinya, Van."]

Jisung mengernyit, merasakan sakit yang dirasa Felix meski hanya dari mendengar suaranya yang bergetar saat menceritakan. "Lo sama siapa aja di rumah? Sendirian?"

["Enggak, ada papa sama kakak. Tapi papa murung terus... Kakak kayaknya—nggak tau, deh. Dari sejak dikabarin tadi dia ngurung diri di kamar terus..."]

Jisung berpikir sejenak, menghitung-hitung. "Hm... Oke. Tunggu ya?"

["Tunggu apa? Van, lo nggak boleh ketemu gue! Van? Halo?!"]

"Iya, paham. Tunggu aja sebentar ya, Za. Jangan nangis lagi, jangan ngelakuin hal-hal aneh."

["Harusnya gue yang bilang itu ke lo—"]

["Harusnya gue yang bilang itu ke lo—"]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Demesne [1/2] +JilixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang