"Turun!"
Hyunjin mengernyit saat sebuah motor besar menghadang mobilnya. Pengendara motor itu mengetuk kaca jendelanya dan menyuruhnya turun. "Apaan lagi sih bangsat. Gak tau orang stres abis belajar ekonomi, ya. Ngajak gelut? Sini gue ladenin."
Felix yang duduk di sebelahnya mengerjap, kemudian buru-buru menahan tangan Hyunjin yang hendak membuka seatbelt. "Gue aja yang turun, Fik. Lo gak usah."
"Eh anjir, kelakuan kayak gitu positif orang gak baik, Fel. Jangan aneh-aneh, dah. Biarin gua aja yang turun—"
Namun Felix sudah lebih cepat melepaskan seatbeltnya dan membuka pintu. "Gak apa-apa. Dia nyarinya gue, bukan lo." Pemuda itu melempar pandang pada sang pengendara motor yang mengenakan helm full-face tersebut. "Itu kak Drian."
"Drian? Cowok lo? Fel—!" Hyunjin mengacak rambutnya sendiri saat Felix sudah membuka pintu mobil dan turun menemui orang tersebut. Dari kaca jendela dia bisa melihat sang pengendara motor —Drian—, melepas helmnya dan menatap datar Felix yang melangkah ke arahnya.
Hyunjin memperhatikan saat kedua pemuda itu nampak beradu argumen meski suara mereka tak terdengar, terlihat dari kernyitan kesal di kening Felix dan gerak tangannya yang seperti menjelaskan sesuatu. Dia mengerjap saat pemuda itu dengan mudah mengayunkan tangan ke pipi temannya, pun Felix yang hanya terdiam dan menggigit bibir dengan mata berkaca-kaca.
"WAH BANGSAT—!" Hyunjin nyaris turun dari mobil, sebelum Felix menghampiri pintu mobil di samping sisi pemgemudi dan mengetuk jendela, meminta Hyunjin menurunkannya.
"Fik, lo pulang duluan aja. Gue pulangnya sama kak Drian. Makasih ya udah mau nganterin sampai sini." Felix berujar dengan suara bergetar, namun mengulas senyum.
"Anjing Fel, itu cowok lo emang biasa main tangan gitu? Buset merah nih pipi." Hyunjin menangkup pipi kiri Felix yang agak memerah. Pemuda yang lebih pendek dengan cepat menghempaskan tangannya.
"Udah, lo pulang duluan sana. Udah mau maghrib, kan."
"Ntar lo dikasarin lagi—"
"Please, gak apa-apa. Lo pulang ya? Biar gak makin rumit masalahnya." Felix nampak memohon.
Hyunjin menggaruk tengkuknya, kemudian mengangguk. "Hati-hati ya Fel. Gue duluan." Pemuda itu menaikkan kaca jendela dan bersiap menginjak gas, namun ia menyempatkan menelepon seseorang terlebih dahulu.
"...halo, kak Dewata? Ini adek. Iya, mau minta tolong. Kenal Drian anak SMK Satu? Mobil gue dihadang dia barusan, temen gue ditampar. Sip, gue shareloct. Thanks, kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Short Story(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]