["Kalau tidak ada pertanyaan, pelajaran hari ini Ibu akhiri sampai di sini. Silahkan pilih anggota kelompok untuk tugasnya setelah ini, ya. Dikumpul lusa. Jangan lupa lusa kita sudah mulai sekolah tatap muka."]
"Baik, bu. Terima kasih."
["Oke buuu."]
["Baik buuuu"]
Felix menutup buku pelajarannya, baru saja hendak menutup aplikasi video conference itu sebelum sebuah pesan masuk ke notifikasinya.
[Line] alfikar ganteng : jangan keluar zoom dulu fel
Felix mengernyit, namun menuruti juga. Dia memperhatikan saat laman jendela guru mereka hilang, diikuti teman-temannya satu per satu hingga hanya tersisa delapan jendela, termasuk dirinya.
["Apaan nih?"] Eric meneguk minumannya yang Felix yakin sudah dia nikmati diam-diam selama guru mereka menjelaskan tadi.
["Jadi kita semua satu kelompok!"] Hyunjin mengumumkan riang. ["Seneng kan lo semua bisa sekelompok sama gue?"]
Shuhua mengernyit. ["Ini pasti akal-akalan lo kan Fik, ngumpulin juara umum di satu kelompok."]
["Ini kelompok peraih nilai tertinggi sih, pasti,"] canda Sunwoo, bertopang dagu. ["Gue ntar bantu nyimak aja, ya."]
Jisung sendiri mengerjap seakan tak yakin dia terpilih dalam kelompok itu. ["Kalian mau gue ada di kelompok kalian?"]
["Ya iyalah, duh."] Renjun menaruh ponselnya dan menatap kamera dengan wajah datar. ["Jelas, lah. Masa yang pinter kayak lo nggak diajakin."]
Jisung mengerjap lagi. ["Tapi lo kan udah berhasil ngegeser gue lagi di semester lalu?"]
"Diem deh, Van." Felix tertawa. "Jangan merendah buat meroket gitu."
["Tuh, denger kata kepala negara."] Hyunjin tertawa. ["Jangan merendah buat melonte!"]
Teman-temannya yang lain tertawa mendengar guyonannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Short Story(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]