baca sampai akhir ya, kalau berminat ayo join xixixi
"Senyum-senyum aja anak kecil."
"Anj—! KAK A'IM!"
"HAHAHAHAHA."
Felix bersungut-sungut bangkit dari lantai, memunguti bantal sofa yang terguling jatuh bersama dirinya dan menggunakannya untuk memukuli sang kakak.
"ADUH AMPUN DEK HAHAHAHAH."
"Kakak ngeselin!"
"Lah kok kakak. Kamu tuh dari tadi pulang senyum-senyum nggak jelas. Kenapa tuh?" Chan menjatuhkan diri di bagian lain sofa, menggeser adiknya ke pinggir. "Tadi pulang sama siapa? Udah cuci tangan belom?"
"Sama temen, iya udah, lah. Emangnya kakak, abis dari luar rumah nggak cuci tangan."
"Enak aja. Eniwei kenapa kamu senyum-senyum dari tadi, heh? Mencurigakan banget. Jangan-jangan fitbar yang kamu kasih kakak tadi hasil nyolong ya?"
"Nggak ada akhlak. Nggak, lah." Felix berusaha mendorong-dorong yang lebih tua agar menyingkir, namun saat gagal dia menyerah dan memilih menjatuhkan kepala di pangkuan kakaknya. "Afi tadi....hm...ditembak."
"Mati, dong."
"Kak sumpah ngeselin."
"Haha jangan cemberut gitu dong anak kecil, makin jelek ntar." Chan mengelus surai merah muda pudar adiknya dengan penuh afeksi. "Siapa yang nembak?"
"Vanen. Kayaknya kak A'im juga nggak tau kalo aku bilang sih."
"Hm...salah satu yang nyamperin kamu waktu itu ya? Waktu mama baru nggak ada? Yang pakai hoodie tudungnya dinaikin di siang bolong kayak Pelahap Maut itu ya?"
"Bukan, yang pakai leather jacket. Yang hoodie-an mah Fikar."
"Berandalan lagi?"
Felix terdiam kali ini.
"Seleramu ya dek, hm...."
Felix memukulnya untuk komentar itu. "Cuma kebetulan aja!"
"Kayaknya kamu harus diruwat, deh. Soalnya kerjaanmu attract berandalan terus." Chan tertawa. "Ya udah, udah dikasih jawaban belum?"
"Hm.... Belum..."
"Wah, digantungin. Kenapa? Kalo nggak suka langsung tolak aja, sih. Jangan ngasih harapan. Kasian."
"Soalnya Afi sukanya sama Fikar. Tapi nggak tau dianya suka balik apa enggak, jadi nggak mau nolak Vanen dulu. Buat cadangan."
"HAH?!"
"BERCANDA."
"NGGAK LUCU."
Felix membelalak. "KOK NGEGAS?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Short Story(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]