"Jadi... Sampai sini aja, ya? Aku minta maaf kalau selama ini belum bisa jadi pacar yang baik buat kamu, maaf aku masih sering salah, maaf karena akhirnya aku harus lepasin kamu..."
"Sssh," Shuhua meremat tangan lelaki yang menggenggam tangannya. "Udah, nggak apa-apa. Makasih ya, buat waktu-waktu belakangan. Aku bahagia banget sama kamu, Tha. Serius."
Sunwoo mengangguk kaku, tercekat. "Maaf, aku pernah janji nggak akan ngebiarin kamu sakit, tapi ternyata pada akhirnya aku juga yang nyakitin kamu."
"Aku ngerti, kok. Sejak nerima kamu waktu kita kelas dua, aku udah tau suatu saat akhirnya harus gini. Tinggal nunggu waktunya aja. Tapi aku bersyukur aku dikasih waktu buat kenal sama kamu, bareng-bareng sama kamu. Maaf juga kalau selama ini aku masih banyak kurangnya, belum bisa jadi pacar yang baik."
Sunwoo mengangguk. Kedua sejoli itu masih bertatapan sedih.
"Atha... Mau cium aku? Buat pertama dan terakhir kalinya?"
Sunwoo menghela nafas, menangkup pipi gadis di hadapannya lembut, sebelum mendaratkan kecupan di keningnya. "Aku nggak bisa, cinta. Ciuman pertamamu, harusnya untuk suamimu. Nggak apa-apa, meski selama ini jatuhnya aku cuma jagain jodoh orang, aku puas bisa berhasil jaga kamu."
Tangis Delana Shuhua pecah juga pada akhirnya. "Padahal udah terduga, ya. Tapi sakitnya tetep kerasa."
Sunwoo mengangguk pelan, suaranya lirih saat dia berbisik, "Aku sayang banget sama kamu, Lan. Sayang banget, sumpah. Tapi maaf, Tuhanku jauh lebih berharga dari apapun."
Shuhua hanya mengangguk. "Aku tau, aku juga nggak pernah ngarep kamu mau berkhianat dari Tuhanmu cuma demi aku. Aku nggak layak, Tha." Dia mengusap matanya kemudian tersenyum kecil. "Nanti semoga di poltek dapet kenalan cewek cantik berhijab, ya. Kalau bisa yang anak rohis, biar sefrekuensi. Nanti bisa sama-sama tangkup tangan buat berdoa, hehe."
"Kamu juga, nanti cari koko-koko anak tunggal kaya raya biar hidupnya terjamin dan bisa foya-foya."
"Enggak kayak kamu yang ngajak jalan aja mau nilep uang kas kelas dulu?" canda Shuhua, kembali mengingat saat-saat interaksi pertama mereka dulu, setelah pemilihan perangkat kelas dulu.
"Iya, yang bisa gampang kasih kamu 80 juta," Sunwoo tertawa kecil, mengusak rambut Shuhua. "Jangan nangisin aku, ya? Aku nggak pantes buat ditangisin kamu."
"Iya, nggak bakal. Kamu pernah cerita 'kan, katanya laki-laki yang buat nangis perempuan, tiap langkahnya dikutuk malaikat. Aku nggak mau langkahmu dikutuk malaikat, kamu harus bisa bahagia di jalanmu sendiri, Tha."
"Sekali lagi, makasih banyak, Lana. Dan maaf, mungkin aku tetep akan sayang kamu jauh lebih lama setelah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Historia Corta(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]