lambda

7.6K 1.2K 423
                                    

Felix mengetuk-ngetukkan jari di atas meja, tekun memperhatikan goresan pena Jisung pada selembar kertas double folio di hadapan mereka, sesekali saling mencuri pandang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix mengetuk-ngetukkan jari di atas meja, tekun memperhatikan goresan pena Jisung pada selembar kertas double folio di hadapan mereka, sesekali saling mencuri pandang.

"Van," Felix akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka. Kelas yang biasanya ramai itu sudah ditinggalkan nyaris semua penghuninya dua jam lalu, hanya tinggal mereka yang ada di sana. "Eum—lo kok, pinter geografi?"

Jisung menghentikan goresan penanya dan mengangkat wajah menatap Felix, sedikit terkejut akan dekatnya jarak mereka karena Felix sejak tadi memperhatikan esainya. "Kenapa? Gak cocok ya sama image anak berandalan gue?"

"Bukan itu!" Felix buru-buru menggeleng. "Eh tapi kan—tadi katanya lo minta tolong gue ngajarin karena lo nggak paham. Sedangkan ini—" Felix menunjuk esai Jisung dengan ujung pulpen. "Kualitas esai lo jauh lebih bagus dari esai gue."

Jisung mengalihkan pandang kembali pada esainya, mengumpat dalam hati dan berharap Felix tak menyadari telinganya yang memerah. "Eng—iya tadi ada bagian yang gue gak paham."

"Bagian mananya?"

"Eh ini, siklus hujan." Jisung menunjuk salah satu bagian dalam bukunya. "Sama pembagian iklim."

Felix memandangnya dengan alis terangkat, kemudian mulai menjelaskannya secara ringkas.

Jisung mengangguk-angguk mendengar penjelasan Felix, tangan kanannya bergerak menggoreskan kata demi kata di atas kertas, mengikuti apa yang diucapkan sang ketua kelas.

"Lo ada acara abis ini Za?" Jisung berceletuk, memotong penjelasan Felix.

"Nggak deh kayaknya," Felix berpikir sejenak. "Kenapa memangnya?"

"Gue laper nih."

Felix mengernyitkan kening. "Eum—makan, lah."

Jisung menghela nafas. "Lo laper nggak?"

Felix menggeleng. "Kalo lo laper makan aja sana."

Jisung nyaris menjatuhkan kepala ke atas meja saking frustasinya. "Eng—McD dulu yuk."

"Oh..." Felix tertawa kecil saat akhirnya paham bahwa Jisung berusaha mengajaknya makan bersama. "Gue nggak ada duit."

"Gue yang traktir."

Felix mengetuk-ngetukkan jari di atas meja, berpikir sejenak. "Gimana ya Van... Gue nggak berani pulang bareng orang lain setelah Fikar dihadang kak Drian kemarin. Gue takut aja yang pulang bareng gue diapa-apain dia."

Jisung memutar bola mata, nyaris mendengus. "Lo kira gue takut sama Drian?"

 "Lo kira gue takut sama Drian?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Demesne [1/2] +JilixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang