tessera

4.4K 686 296
                                    

"Aku perlu ngomong sama kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku perlu ngomong sama kamu."

"Mampus."

Vanendra Jisung Anggara menekap mulutnya sendiri, membelalak setelah kelepasan mengumpat di depan kesayangan.

Mereka sekarang sedang berada di pekarangan rumah pemuda itu (lagi), setelah kunjungan sosial ke panti yang sangat berhasil. Jisung dan kakaknya sepertinya adalah donatur tetap panti asuhan tersebut, karena anak-anak di sana begitu akrab padanya.

"Oi," Seungwoo yang sudah berada di undakan depan rumahnya menoleh lagi kepada Felix dan Jisung yang berdiri di depan mobil. "Mau ikut masuk nggak lo pada?"

"Duluan aja kak!" Jisung menyahuti.

Seungwoo mengendikkan bahu. "Jangan aneh-aneh ya lo berdua, inget kalian masih SMA. Awas lho."

"Lo kalo ngomong pernah difilter dulu nggak sih, kak?" Jisung berujar kesal, namun kakaknya sudah berlalu ke dalam rumah. Dia kemudian menoleh pada Felix dan buru-buru mengalihkan pandang saat melihat tatapan menusuk Felix padanya. "Eh—mau ngomong apa?"

"Yang dibilang kak Arvin tadi bener? Kamu... Berantem sama kak Drian?" Felix mengernyit saat Jisung mengangguk. "Kenapa?"

"Dia yang ngajakin."

Felix tidak tahu harus marah atau tertawa melihat wajah Jisung yang seperti anak kecil ketahuan mencuri. Berandal sekolah, kerjaannya matahin tulang orang, takut sama Felix yang seratus dua puluh persen enggak menyeramkan sama sekali dengan kacamata tebal dan sweater besarnya. "Terus kamu ladenin? Kamu udah gede, dan dia bukan ngajak main PS atau belajar bareng! Masa diiyain segampang itu?"

"Iya..."

"Gimana cara ngajakinnya?"

"Diajak ketemu. Berdua. Katanya tanpa kak Dewata atau siapapun tau."

"Pantes kak Arvin mikirnya mau ngajak pacaran..." Felix menggeleng. "Terus?"

"Ngancam aku. Katanya kalo ada masalah sama dia, selesaiin langsung sama dia. Jangan ngelibatin kamu. Jangan jadiin kamu objek balas dendam."

"Dih??? Dikira dunia muter di sekeliling dia kali itu orang."

"Aku juga bilang gitu. Terus dia nanya kenapa harus kamu, dari sekian banyak orang lain di dunia. Ditanya udah ngapain aja."

"ANJI—?!"

"And then he talked about you, eh, how you easily submits? Gimana kamu selalu nurut... and he said you will be like that to me, and that i should thank him for that—"

"HAH."

Jisung meringis. "Karena aku tau gimana kelakuan dia ngebuat kamu trauma... Aku marah. Banget. Gila aja, nggak mungkin aku diem aja dia ngomong gitu. I punched him in the jaw, niatnya biar dia berhenti ngomong sekalian."

Demesne [1/2] +JilixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang