omega

5.1K 784 287
                                    

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"...jadi, kita dan pemerintah harus bekerja sama, bersama-sama membangun kehidupan yang lebih baik. Yang bisa kita lakukan sebenarnya hanyalah memberdayagunakan sumber daya yang ada agar tidak ada lagi yang namanya menjadi babu di negara—"

"CUT! Menjadi pembantu, Fik. Bukan babu!"

"Apa bedanya? Sama aja!"

"Itu bahasanya informal, Alfikar ganteng." Seungmin berdecak, menggarisbawahi kata di lembaran kertas yang dipegangnya dengan pulpen merah.

"Hehe akhirnya diakui kalo gue ganteng." Hyunjin menyugar poninya ke belakang. "Ini jadi ulang lagi, nih?"

"Bentar, bentar. Anginnya keras, nanti takutnya kedengeran di video." Felix yang berada di balik handycam berujar. "In the meantime hafalin aja dulu teksnya bener-bener, biar nggak ngulang lagi."

"Za,"

Felix berjengit saat Jisung menyentuh pundaknya. Kedua pemuda itu bertatapan sejenak kemudian sontak mengalihkan pandang, membuang muka dari satu sama lain.

Jisung menggaruk tengkuk. "...eh, ini kayaknya teksnya ada yang kurang, nggak? Ini terlalu ke pendekatan secara sosialnya. Kurang pendekatan geografisnya."

"Kemarin juga gue mikir seharusnya ada ciri geografisnya nggak sih?" Sunwoo menimbrung, membuat Felix dan Jisung sama-sama menarik nafas lega.

Shuhua menguap. "Kalian masih bisa mikir?" Dia menyandarkan kepala ke bahu Sunwoo yang mencoret beberapa hal di kertasnya.

"Perasaan yang masih anget Vanen sama Felix, ngapa malah lo berdua yang tebar momen," Hyunjin kali ini meninggalkan spotnya di depan kamera dan mendekat untuk menghujat Shuhua dan Sunwoo. "Boleh pesen gacoan nggak? Sekalian peje, gitu."

Felix tersedak dan Jisung terbatuk-batuk.

"Ooooh, masih malu-malu," Sunwoo tersenyum lebar. "Yaelah kayak perawan aja lo berdua."

"Ini jadinya teksnya direvisi lagi?" Seungmin bertanya dan Felix rasanya ingin memeluknya karena telah menyelamatkan mereka dari keadaan yang membuat rikuh itu.

"Eh, itu, hm... ditambahin dikit aja. Nanti shootnya habis ini aja, nggak apa-apa. Masih bisa diedit kok." Felix berujar dengan nada sebiasa mungkin. "Lan, jangan main hape, dong."

"Bentar, paketu. Ini kayaknya ada bau-bau hal bajing, nih." Shuhua menunjukkan layar ponselnya yang berisikan notifikasi baru dari google classroom. "Hmmmm TUH KAN BAJINGAN."

"HAH KENAPA?"

Kelima pemuda yang lain seketika mengerubungi ponselnya.

"Wah...anj—astaghfirullah." Seungmin mengelus dada. "Ya oke sip. Udah biasa emang diginiin."

"Deadlinenya dimajuin? Bisa gitu? 'nak, karena masa social distancing ini kalian pasti nggak ke mana-mana, deadline tugas geografi bapak majuin jadi sebelum hari terakhir liburan semester ini, jadi dua hari lagi. terima kasih' BISA GITU???" Hyunjin menarik poninya panik. "Belom lagi ngeditnya!"

Demesne [1/2] +JilixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang