["Za, sibuk nggak?"]
"Nggak, sih. Kenapa?"
["Busking yuk."]
"HAHHH?"
["Aku jemput ya?"]
"Beneran mau jemput?"
["Lima menit lagi sampai."]
Felix memekik, buru-buru melompat dari tempat tidur dan menarik pintu lemarinya hingga menjeblak terbuka. "Aku belum siap-siap!"
Jisung tertawa. ["Nggak apa-apa, nanti aku tungguin."]
Felix menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatapnya ngeri, membayangkan Jisung harus menungguinya dan berhadapan dengan interogasi tidak jelas ayahnya lagi.
Tidak tahu saja dia kalau ayahnya dan Jisung itu sudah CS.
"Jangan buru-buru! Kecepatannya lima belas kilo per jam aja! Santai-santai aja liat pemandangan di jalan dulu, oke?!"
Jisung tertawa lagi mendengar suara rusuh yang pastinya dari Felix yang sedang mengobrak-abrik lemari. ["Iya siap, dandannya jangan terlalu manis, nanti yang harusnya denger aku nyanyi malah salfok ke kamu."]
"Iyain," Felix menjawab cepat, "Ini dresscodenya apaan? Kamu mau busking di mana sih? Anjir aku nggak tau apa-apa."
["Mana ada dresscode, pakai aja stylemu yang biasa. Busking di taman kota kok, biasa."]
"Jaman corona gini?"
["Kan nggak rame juga, makanya ajak kamu. Ntar kamu bagian marah-marahin yang berkerumun terlalu deket."]
"Waduh, kalo gitu harus pakai yang agak mengintimidasi." Felix menyimpulkan. "Should i do my eyeliner or nah?"
["You choose what suits you best, babe. No one can tell you what to wear and what's not."]
"Oke," Felix mengangguk-angguk. "Aku matiin dulu, ya. Kamu jangan ngebut! Santai-santai aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Short Story(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]