Awal

5 3 0
                                    

Seorang pria bersurai hitam dengan syal merah yg menawan terlingkar dilehernya , duduk bersantai dikursi yg ada dibalkon kamarnya.
Dengan sedikit bergumam ia menggerakkan jemarinya yg memegang ringan sebuah pena untuk ia tapakkan ke selembar kertas diatas papan dada yg ada dipangkuannya.

"Apa mungkin gue bisa keterima?" gumamnya pada dirinya dengan perasaan sedikit cemas.

"Gak mungkin lah lo bakal keterima! Lo kan baka!" sahut pria lain dengan warna surai yg berbeda.

"Ish! Gausah ikut campur lo! Ngurusin diri sendiri aja kaga pecus!"

Jleb..

Tanpa menghiraukan pria bersurai cokelat itu , pria dengan surai hitam itu pun melanjutkan kegiatan berpikirnya setelah membuat pria dibelakangnya tertohok.

"Apa lo bilang ha?! Kaga pecus?!! Sini lo batang tikus!!!" pria yg tersakiti itu pun langsung meraih kerah pria yg lainnya dan mulai menantangnya.

"Oh.. Lo mau berantem..? Ok ok.. Mending dibawah aja daripada yg jatoh mati." ucap pria bersurai hitam dengan wajah datarnya.

"Ok! Ayo!" sahut si pria surai cokelat.

Bletak!

Bletak!

"ITTAII!!" ringis mereka berdua ketika dua jitakan sekaligus menghantam kepala mereka.

"Kalian mau tarung ha? Dijitak aja meringis.. Apalagi ditonjok." ucap seorang wanita paruh baya yg berhasil membuat kedua pria itu bungkam tak bernyawa//plak//

"E-engga kok... Kaa... Kami kan.. Adek kakak.. Jadi harus akur.." ucap pria bersurai hitam sambil mengelus kepalanya.

"Hust! Raphael! Masuk dan berkemas!" tegas wanita paruh baya itu sambil menunjuk batang hidung Raphael.

Pria bersurai hitam yg dipanggil Raphael itupun langsung menurut dan masuk kekamarnya dengan terpaksa.

Sementara yg satunya?

"Ittai...! Sisy... Nanti kupingku copot gimana..?!! Sisy! Sisy lepasin..!!!" rintih pria bersurai cokelat itu ketika sang kakak menjewernya dan mengajaknya keluar dari kamar saudara angkatnya.

Blam..

Rika dan Viko pun keluar dari kamar Raphael dengan keadaan Viko yg mengenaskan karena kupingnya hampir copot//plak//

"Apa Aira udah ngisi formulirnya?" tanya Raphael pada dirinya sendiri.

Tanpa menunda lagi ia langsung membuka whatsappnya dan memeriksa roomchatnya dengan Aira yg ia sematkan.

Ternyata ada dua pesan masuk. Bukan dari gadis yg ia harapkan , melainkan dari kakak kelas yg mengincarnya.
Ia pun mengabaikannya dan langsung memulai percakapan dengan Aira.

Aira my...
Online

Ai , lo udah ngisi formulir pendaftarannya?

Udah sih.. Tapi apa bisa keterima?

Halah yakin aja, kita kan
bff dan harus saling bantu

Hhh iya , nanti bisa ke taman gak?

Hm.. Gimana ya...

Ga bisa ya?

Gak

Yaudah gapapa.

Aku gak bisa nolak permintaan
kamu...(* ̄▽ ̄*)

Ish , ekspresi macam apa tuh?!

Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang