Flashback

1 2 0
                                    

Plak!!!

Pria misterius itu mencium lantai ketika tamparan dahsyat mendarat dipipi kirinya.
Rudy langsung meraih kerah baju orang jahat itu dan melontarkan kata2 kasar padanya , tanpa perduli pada kamera yg ia siapkan disetiap sudut ruangan yg masih merekam kejadian sejak awal.
Pria paruh baya itu kini melepas masker orang dihadapannya dengan kasar.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah orang yg sangat familiar baginya.

"Johan??!"

Gubrak!!

Pria yg dipanggil Johan tersebut mencium lantai untuk kedua kalinya.
Setelah itu ia hanya kembali duduk dan menundukan kepalanya.
Tanpa sepatah kata pun Rudy langsung meninggalkan kamar putrinya tersebut.

"P-paman Johan..? Ke-napa paman ngelakuin itu..?" Aira yg sudah mengenal orang itu pun memutuskan untuk bertanya walau agak takut.

"Itu.. Karena aku iri." jawab Johan tanpa menatap mereka sama sekali.

"Iri?" bingung Aira.

"Hn.. Aku iri pada perusahaan kalian." jawab Johan , lagi.

"A-apa maksud anda? Perusahaan milik anda bahkan lebih sukses daripada punya kami?" Yuki penasaran.

"Itu benar. Tapi apa gunanya punya perusahaan yg besar dan sukses jika aku tidak punya seorang penerus?!" Johan semakin meninggikan suaranya.

"Karena itu aku harus melenyapkan putri kalian agar aku dan Rudy berkedudukan sama..!" lanjutnya sambil menekankan kalimatnya.

"Saya mengerti perasaan anda.. Kehilangan orang yg kita sayangi sangatlah menyakitkan.. Tapi apa anda sadar? Saat itu putra anda dibunuh oleh seseorang , dan apa yg anda rasakan? Kami pun pasti akan merasakannya jika anda melakukan hal itu pada Aira.. Apa bedanya anda dengan pembunuh itu..?" ceramah Yuki panjang lebar.

Johan menunduk , merasa bersalah.
Ia kembali menatap kedua tangannya yg berlumuran darah milik Raphael.

"Aku seorang pembunuh..." lirih Johan.

Dor!!

"MAMA?!! apa itu..?" kejut Aira.

Mereka langsung ke balkon untuk memeriksa. Tapi tak ada yg bisa mereka lihat.

~~~

"Ray!!! Aoi ada ditaman kota!!!"

"Ya santai lah mas!"

"Gak bisa! Masalahnya itu dia dikerumuni polisi!!"

"What??!! Yodah cepetan kita kesana!!"

~~~

"Ai , ayo kita cek aja keluar!" ajak Yuki.

"Tunggu Ma , biar Aira hubungin Viko dulu." cegah Aira dan mulai memainkan ponselnya.
Ia pikir siapa tau Viko tau semua kejadian diluar karena sedari pulang dari kafe dia belum sekalipun menginjak lantai hotel.

Tuut... Tuut... Tuut...

"Argh cepet angkat Vik!!" kesal Aira.

[Halo , Ai?]

"Vik.. Lo bisa kesini sekarang gak?"

[K-kesana? Maksudnya kekamar lo??]

"Iya.. Jangan mikir yg aneh2! Cepetan aja kesini ada yg pengen gue tanyain."

[I-iya..]

Tuut..

Namun tiba-tiba

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!!

"Udah gak ada waktu lagi Ai! Firasat mama udah buruk!" desak Yuki yg menggandeng tangan Aira untuk keluar.
Selama mereka didalam , Johan sudah keluar lebih dulu dan mendatangi pusat keributan.

Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang