Tiga tahun kemudian...
Raphael pov'
"Sejak dua Minggu setelah hari itu , keadaan berubah.
Ibu membawaku kesini , dirumah besar ini. Dan hanya kami bertiga.
Aku , ibu , dan nenek.Antara senang dan sedih , disatu sisi aku merasa bahagia karena bisa bersama keluarga.
Tapi disisi lain , terpaksa aku berpisah dengan para penduduk desa yg sangat ramah itu. Digantikan oleh teman2 baru sepantaranku.
Walaupun mereka sangat menyenangkan , tapi aku rindu suasana didesa. Sungguh rasanya aku ingin kesana.
Menemui orang2 yg dulu sering menyapaku , berbicara denganku , bahkan memarahiku.
Sungguh aku rindu mereka , terutama Elie dan Lucy..""Aoi? Kau didalam? Kemarilah ada yg mencarimu.."
Ah , itu ibu.
Aku menutup buku diariku dan membuka pintu kamarku.
Ternyata benar itu ibu."Ada apa bu?" tanyaku.
"Ada yg mencarimu.. Dua orang laki2 seumuranmu." jawab ibu.
"Ah itu pasti mereka! Sial aku belum membereskan kapal pecah , eh , kamarku!"
"Hey.. Kalian ini laki2 kenapa harus ke kamar? Di ruang kerja sana kalau mau belajar." suruh ibu.
"Baiklah.. Baik.."
Aku pun turun dan memanggil mereka berdua , Dimas dan Ray untuk ke ruang kerja ibu yg ada di lantai tiga rumah ini.
Oia ini ada di Indonesia , omong2.Mereka berdua selain anggota kelompokku , juga para sahabatku yg mengetahui rahasiaku dan juga kepribadianku.
#
Aku di kampus terkenal dengan kecuekan dan sifat dinginku pada semua penghuninya. Bahkan aku sering mendapat julukan 'ice boy' atau 'bad boy'. Padahal aku tidak sejahat itu , kan?
Dan , aku bersifat ramah dan terbuka 'hanya' pada keluargaku dan orang2 yg ku percayai seperti Elie dan mereka berdua.
Bukan tanpa alasan aku seperti itu , aku hanya tak ingin orang2 menyukaiku , aku menyukai mereka , lalu kami berpisah.
Sungguh aku tak mau mengulanginya lagi.
#Raphael pov' end
"Gimana? Apa rancangan gue bener , tuan vampir?" tanya Dimas.
Tunggu , Raphael masih melamun.
"A-apa yg--"
"Aha , udah gue duga dari tadi lu kaga denger!" Ray menyewoti Raphael.
"Bukannya gue gak denger tapi gak fokus aja.." alhasil , Raphael mengeyel.
"Ok , Dimas , coba tunjukan hasil kerjamu." ucap Raphael layaknya seorang bos.
"Cih! Ogyah! Biar si Ray aja gue capek!" ketus Dimas yg memalingkan wajahnya.
Sementara Ray hanya pasrah terhadap nasibnya.
"Ok.. Mr. V.... Jadi itu mesin kita udah buat rancangannya sesuai yg Mr. V. minta.. Jadi.. Itu mesin tinggal ngerakit dan yg kita butuhkan biar bisa buka portalnya adalah , gigi taring." Ray menjelaskan panjang lebar dengan kesabaran yg dipaksakan.
"What the... Gue gak mau copotin gigi gue!" Raphael menolak mentah2.
"Ya dalam suatu perjuangan harus ada pengorbanan dung.." bujuk Dimas.
"Tapi ya nggak gigi taring gue juga!"
Kedua manusia itu hanya mendengus kesal dan mengambil alat yg ada di tas mereka//tuh ceritanya mereka sudah siapin buat jaga2 kalao Raphael nolak :"v//
Sekitar tiga sampai lima detik mereka meraba barang2 didalam tas mereka , barulah muncul jin//plak//
Munculah dua buah tang digenggaman mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Friend
AdventurePerbedaan , akankah memisahkan mereka? Demi sahabat , ia mengorbankan cintanya. Demi gadis yg dicintainya , ia mengorbankan segalanya. Akankah Raphael mencapai tujuan hidupnya? ~π~π~π~π~π~π~π~ Genre : fantasy , action , supernatural , vampire , dan...