Raph?

0 3 0
                                    

Ctak

Sreet!

Raphael menaikkan syalnya lalu menatanya hingga menutupi wajah dan hanya menyisakan kedua matanya saja.
Dengan kecepatannya ia mematikan lampu dan menarik tubuh Aira kepelukannya untuk menjauh dari orang misterius itu.

"Lepas..!!---emm!!" ucap Aira tapi segera dibungkam oleh Raphael dan mengikatnya di salah satu kaki tempat tidur dengan syal milik Aira.
Dalam kegelapan itu mudah bagi seorang vampir sekaligus hewan malam dalam diri Raphael untuk melakukan penyerangan.

Bugh!

Duakh!

Gubrak!

Aira tak dapat berkata2 lagi. Ia pikir dua orang yg berbeda itu akan membunuhnya , tapi ternyata mereka berkelahi didalam kamar itu.
Kini leher pria misterius itu telah ada dicengkeraman Raphael.
Jika ia mau ia bisa saja menghabisi orang itu dalam sekejap. Tapi ia memilih untuk mengurungkan niatnya karena jika ia membunuh , apa bedanya ia dengan orang itu?

"Camkan ini cowok baj*ngan! Jika lo main2 sama keselamatan Aira.. Lo bakal tau sendiri akibatnya!" ancam Raphael yg sengaja melirihkan suaranya agar tidak didengar oleh Aira.

"Lo berani main2 sama gue.. Lo bakal mati!!" teriak pria misterius itu.

Dor!!!

"MAMA!!!!!" teriak Aira yg terkejut sekaligus ketakutan.

Sebuah tembakan jarak dekat ,  membuat peluru yg ditembakan pelaku menembus diafragma sang korban dan meluncur keluar.
Raphael menyita pistol itu dan membuangnya. Sebelum kesadarannya hilang ia langsung mengikat pria itu dengan syal merahnya dan melepaskan Aira.

Terdengar langkah kaki sekitar dua orang dari luar kamar.
Pria vampir itu langsung keluar lewat balkon dan meloncat ke balkon kamarnya.
Darah yg menetes membuat jejak tetesan disepanjang lantai yg dilaluinya. Ia sudah tak kuasa menahan rasa sakit luar biasa itu dan terjatuh dilantai.

"Dimas...!! Ray...!" panggil Raphael yg tak mendapat respon karena kedua sahabatnya telah terlelap kedalam dunia mimpi indahnya.

"Dim--as!! Ray!!!" panggilnya sekali lagi.
Kali ini ia berteriak dan kedua sahabatnya bisa menangkap suara pria vampir itu.

"Aoi?" panggil Ray yg langsung duduk dan mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.
Hingga ia menemukan Raphael yg bersujud dilantai sambil menekan sumber rasa sakitnya.

"Aoi!!" teriak Dimas yg tak kalah terkejutnya.
Mereka langsung menghampiri Raphael dan membantunya berdiri.

"Darah...! Di--tas gue..." ucap Raphael sambil menunjuk ranselnya yg ada dipojok ruangan.
Dimas langsung mengambil ransel itu dan mengeluarkan sebuah botol berisi penuh cairan merah yg ia berikan pada Raphael. Sementara Ray sibuk mendudukan dan menenangkan Raphael disova.

"I-ini! Cepet minum!" tangan Dimas yg memegang botol itu bergetar tak karuan.

"Ya ampun V... Lo kenapa sih?! Kok bisa sampe kayak gini?!! Siapa yg ngelakuin ini ke elo?! Ha?!!" kesal Ray sementara Raphael meminum darah didalam botolnya.

"Hah~..." Raphael menghela nafasnya setelah merasa cukup dan menutup botol minumnya.

Proses regenerasi itu terjadi cukup lama hingga membuat Raphael kehilangan banyak darah. Dimas dan Ray masih menunggu penjelasan dari Raphael.

~~~

Ctak.

"Aira?" panggil pria paruh baya itu setelah menyalakan tombol lampu.

Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang