Kabar Buruk

2 3 0
                                    

"K-kabar bu-ruk apa dok?" tanya Aira dengan gugup.

"Ehm. Begini , Saudara Raphael mengalami pendarahan di otak yg cukup parah dan berefek berkepanjangan , karena itu saudara Raphael harus dirawat lebih lama lagi secara intensif." jelas dokter itu.

Air mata gadis itu mulai bercucuran lagi.
Ia hanya bisa pasrah merenungi nasib sahabatnya tersebut.

"Saya permisi." ucap dokter itu lalu memberikan lembaran hasil copy scenen Raphael pada Aira.

"Makasih dok.."

...

"Raffa.. Lo yg sabar ya.." ucap Aira didepan telinga Raphael.

"Hm.." gumam Raphael sambil tersenyum.

"Raffa?" panggil Aira.

Perlahan kedua mata indah itu terbuka. Setetes cairan bening meluncur dari salah satu sudutnya.

"Raffa lo nangis?..."

"Ai.. Gue mau..ngomong sesuatu..sama lo.." ucap Raphael sambil memandang Aira penuh harap.

"A-apa Raff..?" tanya Aira yg mulai merona.

"Gue..--"

"Aira tadi dokter bilang apa?!" teriakan Wendy membuat Raphael terpaksa menghentikan kalimatnya.

'Gangguin aja niy anak!' kesal Aira dalam hati.

Secara terpaksa ia meninggalkan Raphael dan membicarakan hal tadi pada Wendy.

Usai Aira bercerita , Wendy hanya ber oh panjang dan turut prihatin.

"Ai , ada yg aneh sama Viko." kata Wendy.

"Aneh gimana?"bingung Aira.

"Lo nyadar gak sih? Dari tadi itu Viko diem aja.. Trus pas kita sholat tadi dia juga gak ikut. Barusan dia malah duduk dilantai dan mandang kedepan hampa gitu. Pas gue tanyain dia langsung ninggalin gue gitu aja." jelas Wendy panjang lebar.

"Iya aneh.. Apa karena dia ngerasa bersalah?" kata Aira.

"Merasa bersalah gimana maksudnya?"

"Ah lu liat ndiri dah yg gue pikirin." cuek Aira yg tak mau mengulangi cerita.

"Tanya aja ke Viko... Gue udah kirim filenya ke dia..sebelum HP gue ancur.." ujar Raphael.

Setelah mencerna kata2 Raphael , Wendy baru mengerti yg dimaksud Raphael adalah agar Wendy mendekati dan menghibur Viko.

"Hn! Pasti!"

Wendy pun berlari keluar dan mencari2 Viko yg entah ada dimana.

"Ai.. Gue haus." kata Raphael.

"Engh?! Tunggu biar gue ambilin!" jawab Aira antusias.

Ia bergegas ke Hospital Cooperation untuk membeli air mineral.
Sementara Wendy sedang berputar2 ditempatnya. Tepatnya dibelakang dedaunan di taman belakang RS.

Viko ada didepan mata. Tapi ia bingung harus apa karena saat ia membaca isi hati Viko , kosong.
Viko tidak memikirkan apapun.
Pikiran dan pandangan hampa.

"Heeh~" Viko menghela nafasnya.

Wendy pun kembali memperhatikannya.

'Ini semua salah gue.. Raphael ada disini gara2 gue.. Harusnya gue gak bilang gitu ke dia.. Gue jahat..' batin Viko.

Semakin diturunkan pandangannya kebawah. Hingga air menetes dari keduanya.

"Vik..." panggil Wendy yg duduk disamping Viko.

Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang