Raihan Story

1 3 0
                                    

Kisahku berawal saat aku masih kelas 8.

Saat itu aku hanyalah pria biasa yg suka merokok dan mabuk2an.
Aku merupakan buronan para guru disekolah karena sering melakukan hal buruk.
Hingga ada perempuan , cantik , berwajah blesteran , dan tegas.
Dia menegurku saat makan camilan dikelas.
Aku menentangnya , dan melanjutkan kegiatan makanku.
Alasanku melakukan itu adalah untuk melihat mukanya kalau sedang marah.
Dia sangat imut..

Entah apa saja yg ia omelkan dari tadi tapi aku langsung mengulurkan tanganku dan memperkenalkan diri , lalu bertanya siapa namanya.

Dia bilang 'maaf! Bukan muhrim ga boleh sentuhan!'.
Ternyata walaupun bule dia juga alim.
Tak terasa sudah lebih seminggu aku bertemu dengannya dan sering bertengkar dikelas.
Sampai kami chattan bareng dan aku mulai ada rasa terhadapnya.

"Rika , maukah kau menjadi pacarku?" aku membuat keputusan.
Keputusan yg sangat bodoh.

Mentah2 dia menolakku.
Aku marah. Dia pergi. Aku melampiaskan kemarahanku di bar untuk mencari ketenangan.
Sudah lama bahkan hampir seminggu itu aku tidak minum2.
Tapi sejak Rika menolakku aku jadi putus asa dan melakukan seenakku.

Saat sudah tengah malam , aku pulang.
Seperti biasa , tidak ada orang karena memang dari dulu aku tinggal sendiri.
Sejak saat itu aku tidak sekolah dan bekerja ditempat kerjaku sebelumnya , yaitu di bengkel.

Tiba-tiba Rika datang.
Aku mengacuhkannya.
Dia bilang , dia akan menerimaku jika aku mau berhijrah.
Aku sempat berpikir.
Aku menerima tawarannya.
Tidak ku sangka , selama satu sampai dua minggu aku sudah bisa sholat dan membaca tulisan Arab.
Selama empat puluh hari aku tidak pernah minum2 lagi dan mengerjakan kewajibanku sebagai muslim.
Selama itu sholatku tidak diterima oleh-Nya , aku tetap melaksanakannya.
Sampai akhirnya aku menembaknya untuk yg kedua kalinya. Saat kami sudah kuliah S2.

Tapi kali ini berbeda. Berbeda dengan kalimatku sebelumnya.

"Rika , maukah kau menjadi istriku?"

Aku ucapkan kalimat itu saat lulusan sarjana , didepan semua mahasiswa , semua wali , semua dosen.
Aku mengucapkannya tanpa ragu sedikitpun.
Semua orang bersorak.

"Terima!"

"Terima!"

"Terima!"

Lalu ia mendatangiku.
Dan bicara dengan jelas di speaker.

"Maaf , aku nggak bisa."

Semua orang terdiam , menutup mulut mereka yg ternganga.

"Aku nggak bisa nolak kamu.."

Yah , gak bisa dibayangkan betapa senangnya aku saat itu. Aku sampai menggendongnya dan turun sambil membawanya kemana2.
Semua orang bersorak , bahagia.





Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang