Good Bye

1 3 0
                                    

Satu Minggu kemudian...

"Heh~~" seorang pria bersurai hitam menghela nafasnya , lega karena sudah selesai berkemas.

Ia melirik jam tangannya dan betapa terkejutnya ia mendapati bahwa sekarang sudah pukul 14:45.

Pria itu langsung berlari membawa kopernya keluar dari mansion yg ditempatinya.

"Oi!! Raphael HPmu ketinggalan!!!" teriak pria lain dari dalam rumah.

"Oia!" Raphael menepuk jidatnya.

Ia segera berlari kedalam lagi dan mengambil ponselnya , dan tak lupa lagi berpamitan dengan Raihan , Rika , dan adik kecilnya , Stevan.

"Ati2.." ucap Rika yg sibuk membendung air matanya.

"Ya kali pesawat mau balapan kak.." canda Raphael.

"Yha bilangin ke pilotnya jangan kenceng2.." ujar Raihan sambil mengacak2 rambut Raphael.

"Ish.. Kalo gitu caranya bisa2 penumpangnya pada dorong karena gak ada pengisian bahan bakar pesawat ditengah jalan.." risih Raphael sambil mengalihkan tangan kakak iparnya.

"Kakak... Jangan lama2......" tangis Stevan sambil memeluk kedua kaki Raphael.

Raphael segera meraih adiknya tersebut dan menggendongnya dengan gemas.
Ia ciumi setiap sisi wajah tersebut hingga membekas disana.
Sampai ia benar2 puas dan Stevan berhenti menangis.

"Kakak janji. Kakak bakal kembali." ucap Raphael sambil menunjukan jari kelingkingnya.

Stevan melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Raphael.

"Janji?" Stevan memastikan.

"Janji." kata Raphael dengan senyum simpulnya.

"Oi!! Raphael lo mau ngesot ya ke Jepangnya?!!" teriak Viko yg sudah kehabisan kesabaran.

"Kak.. Raphael berangkat." Raphael mengakhiri acara berpamitannya dan bergegas ke mobil Viko.

Viko pun mengebut ke bandara karena waktu Raphael tinggal sepuluh menit lagi sebelum pesawat lepas landas.

Entah kecepatan apa yg Viko gunakan pada mobilnya hingga dalam waktu lima menit saja mereka sudah sampai di bandara.

Aira dan Wendy sudah menunggu disana sebagai perwakilan teman2 Raphael untuk melepaskannya.

"Raph , jangan lupa pulang , terikat ama cewe2 disana nanti lo lupa lagi sama temen sendiri." cibir Wendy.

"Ya ngga mungkin lah! Gue itu setia , gak bakal lupa sama sahabat sendiri.." ucap Raphael.

Pria itu melirik Aira yg sedari tadi memalingkan wajahnya.

"Ai? Lo--" belum sempat Raphael melanjutkan kalimatnya tapi Aira sudah menarik syalnya dengan tatapan tajam.

"Awas aja kalo lo lupain kami! Gue--gue bakal curi syal kesayangan lo!" bentak Aira yg mulai menangis.

"Gue kan cuman bentar disana.. Gak mungkin gue lupain kalian.. Apa lagi lo. Si Cabi Bluwi..." ucap Raphael menoel kedua pipi tembem Aira.

"Ehm ehm." Viko berdehem sambil memalingkan wajahnya.

"Ehm.. Nih ceritanya ada yg cemburu..." ujar Raphael memandang langit.

"Ish apaan?! Gue gak--"

"Gue aja ngomong sama Wendy kok.." sela Raphael.

'Eh?! Dia tau toh kalo gue cemburu sama Viko?' batin Wendy tersentak kaget.

Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang