Hometown

3 3 0
                                    

Sepuluh jam sebelumnya...

"I wanna hide the truth.. I wanna shelter you.
But with the beast inside , theres nowhere we can hide.
No matter what we breed , we still are made of greed.. This is my kingdome come , this is my kingdome come.."

"When you feel my heat , look into my eyes.. Its where my demons hide , its where my demons hide..
Don't get to close , is dark inside..
Its where my demons hide , its where my demons hide.."

Raphael melepas headsheets nya dan mengalungkannya dilehernya , karena telinganya dapat menangkap suara dari arah lain.

Ternyata hanya pengumuman yg tidak terlalu penting bahwa pesawat telah melewati perbatasan Negara Jepang.
Tapi pengumuman itu seketika menjadi menegangkan ketika orang di speaker mengatakan bahwa pesawat hilang kendali dan semua penumpang disuruhnya untuk menggunakan parasut , dan segera melompat keluar.

"Sial! Parasut mana parasut?!" Raphael bingung mencari parasut disekitarnya.

Hampir semua orang telah terjun setelah aba2 dari petugas. Tapi Raphael masih bingung mencari parasutnya.

"Yah! Ketemu!" ujarnya bahagia dan mengangkat tas parasut itu tinggi2.

Tapi pandangannya beralih ke salah satu pasangan yg ada dibelakang.

"Hey ayo cepat!!" teriak Raphael memperingatkan.

"Kami tidak akan selamat.. Kami tidak akan selamat..." ucap sang pria.

"Kenapa?!! Ayo gunakan parasut kalian dan terjun!!!" bentak Raphael.

"Tidak ada parasut lagi disini... Kami akan mati..." tangis si wanita.

Raphael terdiam.
Semua orang sudah terjun dan tinggal mereka bertiga beserta pilotnya.

"Gunakan ini!" Raphael mengambil keputusan dengan menyerahkan parasut miliknya pada mereka.

"Apa?! Tapi kau--"

"Cepat!! Udah gak ada waktu lagi!!!" bentak Raphael.

Sepasang kekasih itu akhirnya mau menuruti kata Raphael dan terjun bersama dengan selamat.

Sepercik api di kaki Raphael membuatnya meloncat karena kaget.

Seolah api itu terus merambat dan semakin banyak.
Sang pilot pun menerjunkan diri keudara dan meninggalkan kemudi.
Tak lama setelah itu. Raphael yg sudah ada diambang pintu mendengar suara ledakan yg cukup dahsyat dari belakang.

Ia ingin menoleh tapi sudah tidak sempat.

Duar!!!

"WHOAAA!!"

Raphael terlempar keudara tanpa alat pengaman apapun.
Serpihan material pesawat itu sangat terasa dipunggungnya.
Ia masih terjun diudara , hingga akhirnya dapat menyentuh tanah.
Tepatnya di sebuah hutan lereng gunung.

Ia terus berguling2 dari puncak hingga ke kaki gunung.
Hampir saja ia menabrak batu tapi sebuah tangan keriput menahannya.
Dengan sigap menariknya ke pelukan yg terasa menenangkan.

Raphael sedikit membuka matanya tapi penglihatannya tidak baik.
Semuanya terlihat tidak jelas.

"Aoi?" panggil seorang nenek yg masih mendekap Raphael.

Tiba-tiba sebuah ledakan besar terjadi dibelakang mereka dan membuat keduanya terlempar berjauhan.

"AOI!!!" teriak nenek itu yg telah berhasil selamat.

Tapi Raphael terus berguling tanpa henti sampai akhirnya ia berhadapan langsung dengan sebuah batu besar.
Tak bisa menghindar karena hilang keseimbangan dan merasakan sakit disekujur tubuhnya , ia hanya bisa pasrah.

Real FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang