33.Jangan lagi!

7.9K 434 36
                                    

Vote and comment!!
Maaf dengan segala ketypoan ku selama ini :))

Kesadaranku mulai terkumpul saat salah satu perawat menggoyahkan lenganku. Aku menatap Satya yang terbujur tak berdaya di blankar rumah sakit.

"Dokter Felis, silahkan untuk menangani pasien ini"ucap perawat membuat ku tersadar dari lamujan

"Baiklah, siapkan ruang operasi"ucapku memberi perintah

Aku melangkahkan kaki ku lebih cepat untuk segera ke ruang ganti. Aku menggantikan pakaianku dengan pakaian yang lebih steril. Sebelum keluar dari ruangan, aku sempat menatap diriku di cermin.

"Apa aku hanya mimpi??"ucapku masih tak percaya

Bayangan saat pertama kali aku melihat Satya dipenuhi darah dengan mata tertutup. Seketika aku menggeleng cepat, mencoba menghilangkan pikiran tersebut sementara. Karna ini bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu.

"Kamu mengingkari janjimu, Sat"ucapku sebelum beranjak pergi

Aku masuk ke dalam ruang operasi. Kali ini, aku bersikap profesional layaknya seorang dokter.

"Dua peluru bersarang di bagian dada sebelah kiri nyaris mengenai organ dalam. Denyut nadi pasien semakin tidak stabil"jelas salah seorang dokter sebagai asisten utama

"Kita segera ambil peluru tersebut sebelum berakibat fatal pada bagian organ dalamnya."ucapku bersiap untuk melakukan operasi

Aku terus berkutat dengan alat bedah. Satu peluru telah berhasil aku keluarkan. Namun, bagian yang lumayan menegangkan saat aku mengambil peluru tersebut di bagian hampir mengenai jantung.

"Hufffttt"ucapku lega setelah berhasil mendapatkan peluru itu

Aku melirik ke mesin detak jantung yang menunjukkan denyut nadinya kembali stabil. Aku tersenyum di balik maskerku, aku berhasil menyelamatkannya.

"Kamu urus sisanya"ucapku pada asistem utama

"Baik"jawabnya mengangguk

Aku melangkahkan kaki ku mundur secara perlahan. Aku berbalik hendak keluar dari ruangan. Namun langkahku terhenti saat suara riuh dari belakang membuatku berbalik.

"Dokter Felis, denyut nadi nya menurun"ucap asistem utama membuatku seketika mematung

"Satya!!!!"ucapku kemudian mendekat

Aku menatap bekas jahitan yang baru saja selesai. Aku menatap monitor yang denyut nadinya semakin menurun.

"Siapkan alat defibrilator!!"ucapku berteriak panik

Tanpa sadar aku meneteskan airmataku. Aku berharap Satya mampu bertahan. Aku tidak ingin kehilangannya. Beberapa perawat telah siap dengan alat defibrilator (alat kejut jantung) hanya tinggal menunggu intruksiku.

"50 joule"ucapku kemudian meletakkan nya di dada Satys

"100 joule"ucapku masih belum menyerah

"150 joule!!!!"ucapku semakin panik karna tidak ada berubahan sama sekali

"Kumohon bertahan lah, sayang"baatinku penuh harap

"200 joule!!"ucapku diiringi isakan kecil

Aku menjatuhkan alat tersebut kemudian menunduk. Aku mulai menangis, kuremas erat bajuku. Bayangan saat terakhir Satya menemuiku sebelum pergi bertugas.

"Pergi lah untuk negara. Dan pulang karena cinta"ucapku mencengkram bahu Satya menangis

"Akan ku lakukan"ucap Satya mantap

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang