26.Keputusan yang Tepat

9K 393 6
                                    

Tanpa babibu Satya mengejar langkahku. Kemudian memelukku dari belakang, aku tersenyum simpul melihat Satya yang mengejarku.

"Maaf jika aku melukaimu"ucap Satya menghirup aroma tubuhku melalui tekuk leherku

"Maaf jika aku sempat menuduhmu dan meragukanmu"ucap Satya memperat pelukan

Aku membalikkan tubuhku agar menghadap ke Satya meskipun yang kulihat hanyalah dada bidangnya.

"Aku tahu itu Sat"ucapku membalas pelukan Satya

Satya melepaskan pelukannya kemudian menatapku dengan tatapan teduhnya. Tak ada lagi tatapan dingin yang ia tunjukkan padaku.

Satya dengan lembut menyentuh bibirku dan mengusapnya secara perlahan.

"Aku ingin mencium mu sekarang juga namun aku bukan pria brengsek yang mengotori gadis baik sepertimu. Aku ingin melakukannya setelah kita menikah nanti"ucap Satya melembut membuat semburan merah terlihat di pipiku

Satya mengambil tanganku, ia menatap cincin yang bertengger di jari manisku. Terlihat sebuah senyuman terukir di bibir Satya.

"Aku senang kamu memakainya"ucap Satya mengelus jemariku

Aku memejamkan mataku saat Satya mengecup keningku. Dan itu sanggup membuat jantungku berdebar-debar. Sedetik kemudian aku melepaskan pelukan dan melipatkan tanganku di dada.

"Apa??"tanya Satya yang melihatku yang menampakkan wajah garang

"Kenapa kamu gak ngehubungi aku??"tanyaku

"Karna phonsel ku rusak"jawab Satya seadanya

"Ckkk hanya itu ajaa"ucapku kesal dengan jawaban Satya

"Selama disana, aku selalu merindukanmu"ucap Satya membuatku diam

"Aku tidak peduli tentang phonselku yang rusak. Aku bisa menggantinya kapan saja aku mau, tapi bukan itu yang aku inginkan. Aku hanya ingin melihat wajahmu di phonselku, pesan-pesan mu selalu aku simpan karna hanya itu yang aku punya"ucap Satya

"Berarti kamu egois Satya"ucapku menggeleng

"Kamu membiarkanku tersiksa oleh ketidakpastian yang kamu berikan. Kamu tidak memberitahuku apa kamu selamat disana, apa kamu baik-baik saja disana. Meskipun pada akhirnya, aku berjumpa denganmu namun tanpa kabar darimu selama empat tahun lamanya itu cukup membuatku tersiksa"ucapku menatap Satya yang juga menatapku

"Maaf jika membuatmu tersiksa terlebih dahulu. Seharusnya aku saja yang merasakannya bukan kamu"ucap Satya menggenggam erat tangan ku

"Apa kamu tahu pacarmu itu khawatir??"tanyaku menatap mata elang Satya

"Jangan khawatirkan aku, pekerjaanku memang berat namun berusaha untuk tetap hidup adalah prinsipku karna aku tahu ada hati yang menungguku untuk pulang"ucap Satya

Aku melepas genggaman tersebut dan memilih untuk memeluk Satya. Sekali lagi, aku tidak akan melepaskan nya dan untuk kak Rangga terima kasih telah hadir di mimpiku karna jika bukan kakak aku tidak akan di pelukan Satya sekarang.

"Lebih baik kita kembali ke ruang inap. Hari ini Gilang akan pulang"ucap Satya lalu melepaskan pelukan dan beralih menggandeng tanganku

Aku berjalan melewati lorong rumah sakit dengan hatiku yang mulai membaik. Tangan ku berada di genggaman tangan Satya yang lebih besar dari tanganku. Aku menatap Satya dari samping, aku masih tak percaya dengan sosok tinggi dan bertubuh atletis ini berada di dekatku.

"Aku ini nyata bukan mimpi"ucap Satya membuyarkan lamunanku

"Siapa juga yang mikirin kamu"ucapku sewot

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang