43. Mengapa Harus?!

7.5K 298 14
                                    

Hari selanjutnya, Satya telah bersiap stelan casual nya begitu juga dengan Gading. Mereka berjalan keluar hotel dan melihat Albert sudah menunggu sambil bersandar di mobilnya.

"Heii ayolah cepat sedikit"ucap Albert melihat Satya dan Gading

"Berisik"ucap Gading mencibir setelah sampai tepat di depan Albert

"Tujuan kali ini kemana Sat??"tanya Albert

"Kita ke rumah sakit yang kemarin"ucap Satya

"Ayayay kapten"ucap Albert kemudian masuk ke dalam mobil

Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, Gading dan Albert saling beradu mulut dengan membahas permasalahan yang tidak begitu penting. Gading yang notabene memang supel dan mudah akrab kepada siapapun dan juga Albert yang  tidak bisa diam, mereka seperti dua orang sahabat yang sudah lama tidak bertemu dan sekali bertemu selalu membuat keributan.

"Bisakah kalian diam?!"ucap Satya yang mulai muak dengan pertengkaran antara mereka berdua

"Jangan dengarkan kami, kapten"ucap Gading dengan gurauan

"Dia punya telinga, bodoh!"ucap Albert

"Yaa gak usah di dengerin lah"ucap Gading enteng

"Berisik kamu"ucap Albert

"Kamu yang ngoceh aja"balas Gading

"Kamu-"ucap Albert terpotong saat melihat Satya sudah menatapnya dengan tajam

"Mampus, rasakan!"ucap Gading melihat Albert yang seketika diam

*****

Hari demi hari ku lalui tanpa kehadiran Satya di sisiku. Awalnya aku tidak terbiasa dengan ini semua nya. Mulai dari menerima kehadiran Arga di hidupku, bekerja di rumah sakit di salah satu kota terbesar di dunia dan juga aku harus beradaptasi dengan lingkungan yang tentu nya berbeda dengan Indonesia. Tepat setelah pertemuan keluarga ku dengan keluarga Arga yang berujung perjodohan tidak jelas itu, membuat ku tertekan dengan kenyataan tersebut.

Setelah kejadian itu, aku lebih sering melamun. Bayangan wajah Satya selalu menari-nari di pikiran ku. Dan itu membuat ku hampir gila memikirkan nya. Satya ku yang tak pernah muncul di depan ku setelah kejadian tragis yang menimpaku. Jika ditanya, apa aku masih mencintainya? Jawaban nya, yaa! Aku masih mencintainya bahkan cinta ku semakin besar. Aku tidak peduli di cap sebagai wanita terbodoh karna masih mencintai orang yang tak pernah mencariku, atau bahkan menemuiku.

Air mata ku sudah kering untuk menangisi Satya tanpa sebab yang jelas. Bahkan, akhir-akhir ini aku tidak begitu memperhatikan kondisi tubuhku. Aku sering lalai dalam menjaga pola makan, padahal aku memiliki maag akut. Aku juga tidak begitu memedulikan penampilan ku yang sangat berbeda dengan dulu. Dulu rambut ku yang hanya sebahu kini telah memajang sampai punggung, aku sedikit kesal dengan rambut panjang ku ini karna mengangguku.

Dan, kini aku berada di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah ku. Aku sering menghabiskan waktu senggang ku di taman ini, entah untuk melamun atau hanya menikmati suasana taman ini.

"Hai, nona. Kenapa duduk sendirian??"tanya seorang perempuan yang berusia sekitar 30 an dengan bahasa Perancis nya

"Ah tidak apa-apa, aku hanya ingin duduk sendiri"jawab ku ramah menggunakan bahasa Perancis pula

"Aku selalu kemari dan juga melihat mu selalu sendirian kemari"ucap perempuan tersebut yang mulai duduk di sebelah ku

"Aku hanya ingin menenangkan diri di taman ini. Aku tidak betah jika harus di rumah yang kuanggap seperti neraka"ucap ku terkekeh di akhir kata

Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang