He is Sweet

98 21 0
                                    

Dua bulan sudah persiapan untuk menghadapi berbagai perlombaan festival anak berprestasi  antar sekolah di kota, baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Dan mungkin ini adalah puncak Fura untuk terbebas dari Wildan, karena selama dua bulan ia harus selalu bertemu dengan senior yang amat-amat menyebalkan itu.

Acara sudah dimulai semua peserta lomba beserta pendampingnya berkumpul didepan panggung, semua mendengarkan sambutan dari walikota dan wakil walikota dengan antusias. Setelah sambutan-sambutan semuanya berhamburan untuk pergi ke tempat yang sudah di sediakan.

LCC ekonomi dan akuntansi dilaksanakan terlebih dahulu, dengan seperti itu Fura akan segera terbebas. Fura, Devan, dan Rosa selalu bekerja sama untuk mendapat point yang banyak dan bersaing dengan SMA lain yang dikenal banyak mendapat penghargaan.

Akhirnya babak demi babak dilewati dengan mulus oleh kelompok SMA Genta, dan sekarang adalah babak terakhir yaitu babak rebutan. SMA Genta harus mengalahkan 2 sekolah lain untuk mendapat juara. Hanya kurang satu soal Fura, Devan, dan Rosa bisa mengalahkan point milik sekolah lain.

Dan pencetan bel pun cepat disambar oleh SMA Areta yang merupakan musuh utama SMA Genta disegala bidang. Dan sekolah Fura mendapat juara 2 dalam perlombaan ini.

Memang  mengecewakan karena point mereka hanya tertinggal 5 point dan mereka nyaris mendapat juara 1.

Pak Nur segera menghampiri kami dengan wajah sumringah, sedangkan Fura entahlah ia sangat kecewa dengan usaha ini. Ya walaupun sudah mendapat juara 2 tapi tanggunglah dapet juara 2 kenapa nggak juara 1.

"Selamat yaa buat kalian, kalian udah bisa buat nama sekolah kita bangga karena kalian" ucap antusias dari Pak Nur "Ohh yaa,,buat juara 1 dan 2 tahun depan insyaAllah dibulan Maret bakal maju ke tingkat provinsi" lanjut Pak Nur.

Mendengar ucapan dari Pak Nur, Fura membelalakkan matanya tak menyangka. Baru saja ia ingin terbebas dari perlombaan apapun karena ia hanya ingin fokus menaikkan nilai menuju kelas dua belas. Dan perlombaan tahun depan adalah detik-detik ia menjalani ulangan kenaikan kelas. Bagaimana ini?

Devan dan Rosa merasa senang, karena inilah bakat mereka. Sedangkan Fura hanya sekedar siswi yang ditakdirkan memiliki otak yang lumayan encer. Memikirkan semua itu akan membuatnya pusing.

Bima berlari dengan nafas yang memburu menuju kearah tempat perlombaan LCC ekonomi. Entahlah kenapa ia berlari seperti ini.

Wajahnya pucat dan penuh dengan keringat. Tanpa babibu ia berlari ke arah Fura beserta yang lainnya.

"Ma-maaf pak, itu pak anu, ada beritaa" ucap Bima terengah-engah kepada Pak Nur. Pak Nur mengerutkan keningnya karena kelakuan anak muridnya ini.

Bima disini karena ia harus memantau keadaan, ia ditugaskan oleh Pak Wardi, wakasek untuk mengurus konsumsi para peserta dan pendamping lomba dari sekolahnya.

"Tarik nafas dulu baru buang, hati-hati. Ada apa Bima?!" Pak Nur mencoba menenangkan Bima yang wajahnya sekarang penuh keringat dan juga pucat.

"Fira, Pak. Dia lagi dibawa Bu Rida ke rumah sakit" ucap Bima yang berusaha agar tidak terlihat panik. Wajah Fura memucat mendengar ucapan Bima, ia bingung harus berbuat apa.

"Apa maksud kamu hah?!" Fira tak bisa menahan diri mendengar penjelasan Bima bahwa Fira sedang perjalanan ke rumah sakit.

"Tenang Fura kita dengar penjelasan dari Bima dahulu. Bima jelaskan!" pinta Pak Nur kepada Bima, Fura mencoba menahan emosi dan air matanya. Ia sangat tidak tahan jika terjadi apa-apa pada Fira.

"Ini salah saya pak. Fira tadi seperti kelelahan habis lomba maka saya memberinya roti untuk mengganjal perutnya. Hanya sekali suapan kulit Fura merah lalu hitungan detik dia tumbang" wajah Bima berubah menjadi wajah penuh penyesalan.

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang