Khawatir??

56 12 0
                                    

“Safura…di panggil Bu Yeti, di ruang guru!!”

Fura sedang menikmati jam tidur siangnya, dia benar-benar lelah. Kemarin ia harus membersihkan kamar mandi sekolah, berada di sekolah hingga malam. Dan sampai rumah ia harus mendapat omelan dari abangnya. Untung saja tidak ada Haris, ia akan tambah mendapat amarah karena mengikut sertakan Fira dalam masalahnya.

Dengan mata yang sangat mengantuk ia harus berusaha mengumpulkan tenaganya untuk berhadapan dengan gurunya itu.

“Kamu sudah membersihkan seluruh kamar mandi?”

“Sudah bu…” jawab Fura dengan malas

Benar, inilah orang yang menyebabkan Fura memegang alat pel dan membersihkan kamar mandi. Padahal belum sama sekali Fura melakukan keduanya. Tapi, jika ia tidak dihukum kemarin, mungkin saja Wildan akan berada di sekolahan sepanjang malam.

“Bagaimana saya bisa percaya”

“Ibu bisa lihat sendiri”

“Ohh..kamu yang membersihkan kamar mandi?” Tanya seorang guru yang mendengar pembicaraan Bu Yeti dengan Fura.

Fura hanya menganggukkan kepalanya dengan malas. Ia hanya ingin tidur sebentar. Dia sangat lelah. Kenapa para guru tidak dapat mengertinya.

“Saya kira yang membersihkan adalah Pak Slamet, tidak biasanya kamar mandi sekolah bersih seperti hari ini”

Pak Slamet adalah orang yang menjaga kebersihan sekolah, atau biasa dipanggil Pak Bon (Bapak tukang kebon). Padahal tidak hanya membersihkan kebun sekolah, dia dan staf lainnya juga membersihkan ruang-ruang di sekolahan.

“Sebersih itukah bu?”

“Iya, baunya wangi, tidak seperti biasanya”

“Ya sudah, kamu boleh pergi”

Fura bahagia, sangat bahagia. Betapa bahagianya Fura ketika Bu Yeti tidak lagi menceramahinya. Biasanya seluruh kesalahan Fura akan selalu diungkit-ungkit lagi.

Fura berjalan dengan lesuh ke arah pintu untuk segera terbebas dari aura mencengkram yang dimiliki oleh para guru. Tapi langkahnya terhenti ketika mendengar guru-guru sedang membicarakan orang yang ia kenal.

“Iya, setelah istirahat kelas akan langsung ke Rumah Sakit untuk menjenguk Wildan”

“Kan baru satu hari ia di sana”

“Bagaimana tidak, Wildan sangat berpengauh dalam prestasi di sekolahnya”

“Memang dia sakit apa?”

“Katanya Demam Berdarah. Saya kurang tau”

“Di Rumah Sakit mana?”

“Haris’s Hospital”

‘Rumah sakit papa’ gumam Fura sambil melanjutkan langkahnya untuk keluar ruangan itu.

Setelah keluar dari ruang guru, Fura terus memikirkan apa yang terjadi pada Wildan saat ini. Demamnya menurun saat mereka pulang. Lalu apa yang terjadi selanjutnya.

Lanna. Mungkin Lanna tahu apa yang terjadi pada Wildan setelah kembali dari sekolahnya kemarin. Tetapi Fura kembali memasukkan ponselnya ke saku roknya.

‘Untuk apa aku ikut campur. Jangan peduli-jangan peduli-jangan peduli’

Fura terus menggumamkan kata itu. Tapi sayangnya, dia terus saja mempikirkannya. Dia terus saja peduli, walau sudah berusaha memikirkan hal lain.

°°°°°

“Tadi mama liat ada keluarga Alfarino di rumah sakit papa, katanya anaknya ada yang sakit”

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang