Melbourn

39 7 0
                                    

Juni datang. Membawa hamparan salju yang luas. Seorang laki-laki berjalan dengan pakaian tebalnya di sepanjang jalan kota Melbourn.

Dia berhenti di sebuah cafe dengan suasana cafe yang sangat tenang. Alunan musik klasik yang tenang membuat cafe yang hangat tak menpengaruhi cuaca diluar dengan hujan salju yang terus saja turun.

"Where have you been, Wildan?" tanya seorang barista pada Wildan

Wildan yang baru saja masuk ke dalam cafe langsung duduk di depan barista setelah melepas jaket tebalnya.

"My apartment"

"Kau seperti mayat hidup lagi. Come on Wildan, lakukan sesuatu selain belajar dan melamun. Beberapa bulan kau disini tapi tak ada tempat lain yang kau datangi selain apartemen, kampus, dan cafe ini" celoteh si Barista dengan bahasa Indonesianya yang sangat fasih

"Can be silent?" ucap Wildan dengan aura yang kembali dingin

Untung saja Wildan bertemu dengan orang Indonesia disini. Sebenarnya bukan Indonesia asli, percampuran darah Indo dengan Australia membuat wajah Leon sangat tampan dan seperti perpaduan yang menciptakan sosok dengan postur yang sempurna.

Wildan mulai bertemu dengan Leon kala mereka pertama masuk di Melbourn of university. Sama sama dari Indonesia membuat Leon sangat excited.

Jarang sekali Leon mendapat teman seperti Wildan. Sangat dingin, dan sangat sulit diajak berbincang. Tapi menjadi tantangan tersendiri bagi Leon, Leon percaya Wildan adalah orang yang sangat baik.

Apalagi pertama kali berkenalan dengan Wildan. Rasanya jika bukan Leon, tidak ada yang bisa bertahan berteman dengan Wildan.

Leon memiliki cafe yang ia dirikan sendiri di Melbourn. Walau lahir dari keluarga kaya, Leon lebih memilih hidup mandiri. Keluarganya pun juga tinggal di Australia, hanya saja Leon lebih memilih tinggal sendiri di Melbourn dan dekat dengan kampusnya.

Laki-laki dengan perawakan tinggi putih dan rambut cepak berwarna pirang itu sangat ahli dalam masalah kopi. Wildan pun tak memungkiri, orang semenyebalkan Leon memiliki bakat yang sangat berguna, semua kopi buatan Leon sangat enak.

"Kau berencana pulang?"

Wildan hanya mengedikkan bahunya dengan tatapan yang fokus pada ponsel di tangannya.

"You have girlfriend? Hmm...jika tidak bagaimana kalau malam ini kita pergi ke club?"

Lagi-lagi Leon dicueki oleh Wildan. Beginilah jika berhadapan dengan Wildan, laki-laki yang tak tau terimakasih. Jika Leon tidak mau berteman dengan Wildan, mungkin tak ada yang betah berteman dengan Wildan selain Leon.

Tapi jika dipikirkan, siapa juga ysng mau pergi ke club dengan cuaca yang sedang dingin seperti ini. Dasar Leon, manusia yang otaknya rada tertinggal.

Karena rasa penasarannya Leon yang dicueki oleh Wildan membuat Leon langsung merampas ponsel milik Wildan.

"Wo...ini pacarmu? She is beautiful" Ucap Leon saat melihat walpaper yang Wildan gunakan di ponselnya

"Cari mati kau?" geram Wildan

"Oke oke...santai kawan" Leon langsung mengembalikan ponsel Wildan karena melihat mata Wildan yang melotot dan hampir keluar itu

Wildan langsung mengambil ponselnya dari tangan Leon dan tidak menggubris celotehan-celotehan Leon.

"Ku tau sekarang, semenjak kau datang kesini kenapa seperti mayat hidup. Kau tak bisa Ldr-an?? Lucu sekali" ucap Leon sambil menyeduh kopi "Dia sangat cantik, kenapa mau dengan orang sepertimu??"

Wildan memutar bola matanya jengah. Dia sedang tidak mau membahas masalah Fura disini. Rasa bersalah akan terus menyelimuti hatinya. Bahkan sampai saat ini, dia tak memberanikan diri menghubunginya terlebih dahulu.

Setidaknya dia tahu bahwa Lanna sudah memberikan kotak yang harus Fura terima dihari Wildan pergi meninggalkan tanah air.

"Sebaiknya kau pulang saja. Mumpung disini libur dan di Indonesia pasti sedang musim kemarau. Dan yang pasti kau bisa bertemu dengan pacarmu itu. Jangan lupa perkenalkan aku dengan pacar cantikmu"

"Apa aku minta pendapatmu?"

"Sepertinya tidak. Aku hanya sedang berbicara dengan cangkir ini, sedang berjauhan dengan pasangannya, kasihan sekali kau cangkir, dasar cangkir yang malang"

Lagi-lagi Wildan tak tahu kenapa dia mau saja terus berhubungan dengan laki-laki seperti Leon. Walau kadang Leon sangat berguna bagi Wildan yang untuk pertama kalinya pergi ke luar negeri, dan keadaan sendirian.

Leon memberikan kopi yang baru saja dibuatnya pada Wildan. Tak lupa Wildan selalu mencium aroma kopi yang baru saja diseduh, rasanya berbeda dengan kopi instan biasa. Beginilah hasil karya dari Leon, sangat enak.

Wildan masih memikirkan ucapan dari Leon. Apakan dia akan pulang atau tidak. Dia tak siap untuk datang dan bertemu dengan Fura, seorang perempuan yang ia tinggalkan dengan status yang masih berpacaran.

"Harusnya gue kasih dia kebebasan sebelum pergi. Dia mungkin bakal terus berharap disana" Gumam Wildan sambil terus menatap foto sosok perempuan yang ia ambil diam-diam di lapangan basket indoor SMA Genta.

°°°°°

Wildan masih bergulung diri dengan selimut tebalnya. Sehabis shalat shubuh ia gunakan untuk bermalas-malasan.

Udara diluar sangat dingin, padahal ini masih awal belum puncak musim saljunya. Bagi Wildan, tidak, bagi orang Indonesia mungkin ini sudah sangat dingin.

Suara bel berbunyi keras di seluruh penjuru apartemen Wildan. Dia sangat malas beranjak dari kasurnya. Bisakah tidak ada orang yang mengganggunya?

Oh Tuhan, belnya dipencet seenaknya sendiri. Ini pasti ulah Leon. Wildan geram, mau tidak mau dia harus beranjak dan memberi pelajaran pada Leon.

"You are so annoying, Le....on"

Wildan terperangah saat membuka pintu. Bukan Leon yang berada di depan apartemennya, tapi...

"Hei Mas Wildan...siapa Leon?? Oh, mas kira aku pasti si Leon itu" ujar gadis itu dengan suara khas cempreng yang sebenarnya Wildan rindukan

"Sedang apa kau disini Lan?" tanya Wildan sambil menata rambutnya yang acak-acakan

"Menjemput mas Wildan, mas Wildan kan sedang liburan kenapa tidak pulang?" Tanya Lanna pada Wildan

"Tak mau, masuklah. Kau dengan siapa disini?"

Wildan memberi jalan pada Lanna untuk masuk. Tapi Lanna tidak juga mau masuk.

"Aku bersama mereka" Tunjuk Lanna ke arah lift yang baru saja terbuka

Wildan menoleh ke arah tunjukan tangan Lanna. Wildan membolakan matanya saat melihat pasukan yang dibawa oleh Lanna.

Sebenarnya bukan pasukannya itu tapi, saat melihat Keynand sedang menuntun gadis yang sangat ia kenali dan terus saja ia pikirkan sampai saat ini.

Tak menunggu lama Wildan langsung berlari ke arah Fura dan mengambil alih tubuh Fura di gendongannya.

"Kak Wildan....turunin" Jerit Fura saat tiba-tiba Wildan menggendong tubuhnya

"Diem ga. Kaki lo kenapa kok diperban?" Tanya Wildan "Lan masuk langsung aja"

Semua orang melongo dengan apa yang dilakukan Wildan. Bisa dilihat rasa cinta yang ada pada hati Wildan pada Fura.

"Makanya punya pacar jangan ditinggal mulu, ga tau kan keadaannya" Gerutu Fura saat Wildan menurunkan Fura di sofa depan tv

"Iyya iyya maaf"

°°°°°°°

Woooo...

Ku suka Wildan, penulis yang suka sama tokoh imajinasinya sendiri😂

Oke oke, tunggu kelanjutan ceritanya yaaa😍😍

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang