Benci Keluarga Ini

96 20 1
                                    

Keluarga Alfarino melakukan makan malam berasama. Jarang-jarang mereka bisa makan malam bersama, bahkan makan malam, sarapan, dan makan siangpun sama-sama jarang melakukan itu. Itu semua karena kepala keluarga mereka begitu sibuk mengurus seluruh bisnis hotelnya.

Wildan begitu ingin menghindari pertemuan dengan ayahnya. Ia sangat membenci ayahnya, karena ayahnya-lah ibu kandung Wildan sekarang sudah pergi entah kemana.

Meja makan yang lumayan besar ini hanya terdiri dari 4 kursi. Meja makan berbentuk persegi panjang dengan tiap sisi berisi satu kursi.

Tertata bermacam-macam makanan yang dibuat oleh maid dan tangan cantik dari nyonya mereka. Kursi utama diduduki oleh seorang pria paruh baya dengan jas kerjanya yang masih melekat di tubuh milik pria paruh baya tersebut.

Disamping kanan pria tadi terdapat wanita paruh baya yang sangat cantik dan memiliki postur elegan. Di depan wanita tersebut terdapat gadis cantik yang usianya 6 tahun lebih muda dari Wildan dan sekarang ia duduk di bangku sekolah menengah pertama, yaa dia adik tiri Wildan. Dan di samping kiri gadis tersebut sudah ada Wildan dengan wajahnya yang dingin dan datar.

"Ayah denger dari guru-guru kamu sekarang kamu ikut ngelatih ekskul basket" buka Farel, ayah kandung Wildan.

"Hmm"

"Belajarlah dengan giat, kamu harus masuk ke universitas diluar negeri, jangan buat ayah kecewa" lanjut Farel dengan tegas.

"Ayah tidak perlu lagi mengekangku, aku bisa sendiri" Wildan sudah muak, ia beranjak dari kursinya.

"Kembali ke kursimu! Ayah tidak pernah mengekangmu"

"Apa ayah tak ingat? Ayah selalu menyuruhku untuk meraih juara satu. Masuk ke sekolah-sekolah favorite yang ayah inginkan. Menyuruhku masuk ke bimbingan belajar. Bahkan ayah tak pernah memberiku waktu untuk menyalurkan bakatku" ucap Wildan tegas dengan menaikkan suaranya.

Karena ayahnya lah ia seperti ini, dingin, datar, dan sangat pandai. Wildan memiliki banyak prestasi dari duduk di bangku sekolah dasar. Dia selalu belajar, belajar, dan belajar.

Dia tak pernah memiliki teman dari kecil, ayahnya selalu mengurungnya di dalam rumah karena dari kecil setelah pulang sekolah ia harus mengikuti private. Dan setelah masuk SMA ia melepaskan privatenya dan masuk ke bimbingan belajar yang eksklusif hanya terdapat 5 siswa per kelas di bimbelnya tersebut.

"Itu semua untuk kebaikanmu Wildan"

"Ohhh kebaikanku?! dengan membuat ibuku pergi dengan keadaan hamil?! Hah"

"Apa maksudmu" Wildan tersenyum kecut melihat reaksi ayahnya.

"Ayahh..." Bella memegang tangan suaminya untuk tetap tenang.

"Apa ayah tahu bagaimana keadaan ibu dan adikku sekarang?Tega-teganya ayah bertingkah seperti ini"

"Lanna, Wildan, kembalilah ke kamar kalian masing-masing"

"Baik bunda.." ucap Lanna dan Wildan bersamaan, lalu mereka berjalan berdampingan menaiki anak tangga dan masuk ke kamar mereka masing-masing.

Walau bundanya hanyalah ibu tiri, Wildan tetap menghormatinya. Karena bundanya itu sangat baik dan ramah. Tempat curahan hati Wildan hanyalah kepada bundanya. Ia tak pernah membenci bundanya karena masalah bundanya itu mengambil tempat ibu kandung Wildan. Rasa sayang Wildan kepada Bella bertambah ketika Bella melahirkan gadis kecil dan Wildan sangat menyayangi adiknya itu.

Wildan langsung menutup pintu kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Ia mulai memijat keningnya, kepalanya sangat pusing. Memikirkan masalah ibu kandungnya sudah sangat memusingkan sekarang. Wildan tahu bahwa dia memiliki adik kandung.

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang