Tak Kusangka

62 17 0
                                    

Senandung riang terdengar dipenjuru rumah setelah gadis itu masuk dalam rumah. Senyumnya selalu terbit bak orang gila dapat mainan baru dan bernyanyi tak jelas.

“Burung. kakek. muda, tinggal di guubukan, Lanna. cantik. datang, wahai. ahli surga, kukuuk-kukuuk-kukuk-kukukukuk”

“Kenapa teriak-teriak sihh, nyanyi ga jelas” omel Wildan dengan tubuh penuh keringat karena sehabis basket dengan tetangganya.

“Topi...saya datar, datar topi sayaa, Mas Wildan bau asam, asamnya kek tahii naga”

Mendengar itu membuat Wildan mendekati adik kesayangannya itu. Bisa-bisanya menghina kakaknya secara blak-blakkan. Lanna segera waspada ketika sang kakak mendekatinya.

Wildan segera mendekap adiknya yang sedari cerewet itu.

“Aaaaa....bunda!! tolongin princess Lanna. Mas Wildan, gilakkk bau bangett” Lanna terus saja berusaha keluar dari dekapan Wildan dan itu justru membuat Wildan mempererat dekapannya pada sang adik.

“Ada apa sih teriak-teriak, bunda lagi buat bolu. Wildan, udah kasian adiknya” wanita dengan celemek yang masih menempel ditubuhnya menggelengkan kepala saat melihat kedua anaknya terus saja saling mengejek.

“Bunda...tolongin Lanna, Mas Wildan Lanna ga bisa napas” suara Lanna terdengar bindeng karena hidungnya ia pencet agar tidak mencium bau keringat Wildan.

Wildan masih pada posisinya yang menyiksa adik kecilnya itu, princessnya, Lannanya. Dia bahagia ketika Lanna menjerit tersiksa, menurutnya itu lucu.

“Salah siapa tadi hah? Siapa suruh nyanyi lagu ga mutu kek gitu”

“Wildan...udah” Bella mengintrupsi Wildan agar menyudahi isengannya pada anak perempuannya

“Gilakkk,,mas Wildan baunya kek badak lagi pup. Aduhh” tidak sampai itu, Wildan langsung menjitak kepala Lanna karena mengejeknya lagi.

“Bunda...Mas Wildan tuuhhh” Bibirnya ia cemberutkan meminta belas kasih dari sang bunda.

“Udah, pada mandi sana. Keynand udah pulang Lan?”

“He’em, katanya mau nganter tante Gita kontrol lagi. Bye bye Lanna mau mandihhh cantikk” Lanna segera pergi dari hadapan bunda dan kakaknya sambil terus bernyanyi “Kemarin paman pulang, pamanku dari kampung, dibawakakannya Mas Wildan jelek, dan bau asam, segala rupa”

Tak diam lagi, Wildan langsung mengejar adiknya itu “Ahhh...Lari!!Serigala datang, Bunda!!!”

“Jangan lari-lari ditanggaa!!Wildan!!Lanna!!”

°°°°°°

“Kenapa sih dari tadi liatin hape mulu...belajar sana”

Lanna, Wildan, dan Bella berkumpul di ruang keluarga setelah melaksanakan shalat isya’ dan makan malam. Seperti biasa jika sang ayah tidak ada, pasti sedang pergi perjalanan bisnis.

Lanna tidak menanggapi perkataan Wildan dan tetap fokus pada handphone nya

“Bunda tau nggak, Lanna tadi kan diajak Keynand ke rumah temennya, tau dirumah siapa? Dirumahnya keluarga Al-harist, rumahnya gak beda jauh dari kita tapi lebih gede rumah ayah Farel sih”

Mendengar kata Al-Harist membuat telinga Wildan ikut mendengar cerita Lanna. Al-Harist? Bukankah itu nama belakang Fura? Keynand? Bukankah Keynand dan Fura bershabat?

“Ohh yaa? Ketemu sama tante Yuri nggak? Tante Yuri itu temen bunda hloo, punya butik bagus” Bella menanggapi cerita dari anak perempuan satu-satunya itu.

“Ketemu, waktu habis pulang dari kerja, tante Yuri mau marah tapi ga bisa marah karena rumahnya udah dihancurin sama kita-kita. Tapi bun, anaknya tante Yuri itu orangnya asik namanya Kak....Fura”

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang