Accident

47 7 0
                                    

Fura tertawa hambar karena menurutnya dunia sedang mempermainkannya. Fura tak menggubris teriakan dari arah belakang yang terus saja meneriaki namanya, di hari yang sama dia mendapat kesedihan yang berlipat.

Hingga Fura berada dalam jalan raya, saat itu lampu merah terlihat dan Fura sangat bersyukur bahwa ia bisa langsung berlari kesebrang jalan.

Tetapi tidak dengan Haris, disaat akan mengejar Fura, lampu hijaupun langsung datang.

Haris tetap berlari mengejar sang anak perempuan tapi naasnya ada truk yang mengebut ke arahnya. Haris tak dapat menghindarinya. Dan suara tabrakan begitu kencang terdengar di seluruh penjuru jalan raya. Haris terpental ke trotoar.

“Papa..” ucap lirih seorang gadis yang tubuhnya sudah berlumuran darah

Dengan segera Haris beranjak bangun dan menghampiri gadis itu, beberapa orang ikut berkumpul diantara gadis yang sudah sekarat. Gadis itu memang hanya tertabrak dibagian pinggiran truk yang membuatnya juga ikut terpental.

“Panggil ambulan. Ku mohon” teriak seorang pria paruh baya yang sudah memangkukan kepala sang gadis pada pahanya.

“Minggirlah Farel, aku akan memeriksanya terlebih dahulu” Haris langsung duduk di samping Fura, yaa gadis yang menyelamatkan Haris adalah Fura dan yang menumpu kepala Fura adalah Farel.

“Tak perlu, panggilkan ambulan sekarang juga” Farel meninggikan suaranya kembali.

“Apa kau lupa aku adalah dokter” ucap Haris tak kalah tinggi dan membekap Farel.

Tadi, Farel langsung mencari kemana arah Fura pergi setelah melihat sekilas bahwa memang benar Fura adalah anak kandungnya bersama Kinar. Farel dapat melihat wajah Fura dengan jelas sekarang.

Tak lama suara sirine ambulan datang. Semua orang yang berkumpul di sekitar Fura pun membuat jalan untuk ambulan membawa Fura pergi. Haris dan Farel mengikuti Fura dan ikut serta dalam ambulan.

Sedangkan Fais mengikuti ambulan dengan mobil Haris. Keadaan Fais sama, matanya masih terurai air mata. Tapi setidaknya dia harus kuat saat melihat darah Fura yang terlalu banyak keluar.

Tak ada suara dalam ambulan selain suara sirine ambulan yang membelah perjalanan yang sangat padat. Farel terus menggenggam tangan Fura, sedangkan Haris hanya menatap kosong ke arah depan. Ia telah mencelakakan anak gadisnya. Itulah yang sekarang ada dibenaknya.

Akhirnya ambulan sampai di rumah sakit terdekat, yaa rumah sakit itu salah satu rumah sakit milik Haris.

Pintu ambulan terbuka dan terlihat beberapa suster dan dokter berbaris dan sudah menunggu di luar ambulan, karena Haris pemilik rumah sakit ini.

Suster dan dokter membantu keluar Fura dan mendorong brankarnya menuju ruang UGD bersama Farel yang membantunya. Haris masih berada di dalam ambulan sambil memukul-mukul dadanya sendiri dengan tangan yang sudah berlumuran darah.

Farel berjalan mondar-mandir di depan ruang UGD yang langsung membuat Fura mengalami operasi. Sedangkan Haris sudah duduk dilantai sambil menatap kosong ke arah pintu tempat operasi Fura dilakukan.

Tak lama kemudian Yuri datang, setelah mendapat kabar dari Fais bahwa mereka menemukan Fura dan sedang dilarikan ke rumah sakit membuat Yuri panik dan segera pergi ke rumah sakit.

“Dimana Fura sekarang, apa dia baik-baik saja” tanya Yuri pada sang suami tapi tak ada jawaban yang lanjut, Yuri hanya menangis histeris sambil memukul lengan Haris bertubi-tubi.

Lalu dokter keluar dari pintu yang sedang mengoperasi Fura. Ia tampak sangat letih dengan seluruh wajah yang penuh akan keringat. Raut wajahnya pucat. Farel, Haris, Yuri dan Fais langsung mendekati sang dokter.

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang