Punya Cara Tersendiri

51 14 0
                                    

Setelah 2 minggu berlibur, semester baru dimulai. Masa-masa mendapat tugas juga kembali. Masa-masa bertemu guru-guru antik, guru-guru killer, guru-guru tak berperasaan lagi. Masa-masa merindukan bel pulang sekolah. Oke, baru juga masuk sekolah udah mikir bel pulang.

Sebenarnya Fura masih nyaman dengan liburannya, libur 2 minggu serasa cepat sekali. Ohh ya di semester 2 ini juga bakal dapet liburan yang lama, tentu saja berkat kakak kelasnya yang akan memiliki banyak acara, seperti tryout, usbn, dan un.

Fura dan Fira kembali pada aktivitasnya, berangkat sekolah bareng tapi belum tentu pulang sekolah bareng. Biasa, yang punya pacar emang beda sama yang nggak punya pacar.

Upacara bendera di awal semester 2 membuat para siswa seperti sudah lama tidak berdiri di tengah teriknya matahari, banyak siswi berjatuhan bak bidadari dari pancoran. Mereka pada pingsan, ahh Fura pengen juga pingsan tapi nanti malah diketawain Keynand dan Reihan.

'Seorang Fura?pingsan? yang benar saja,,hahahahahah’. Fura benci mereka berdua.

Salah sendiri, tahu pasti hari ini ada upacara, kenapa ga sarapan. Pingsan kan enak nyakk, ehh ga tau deng, Fura saja belum pernah ngrasain rasanya pingsan. Tapi, Fura pernah iseng wawancara orang yang baru aja siuman dari pingsannya. Dan tanya gimana rasanya orang pingsan.

Dan orang itu mau aja njawab pertanyaan Fura “Gak gimana-gimana, cuma awalnya pusing, lama kelamaan pusing banget, terus yaa pandangan kabur, terus semua gelap, dan tiba-tiba ga tau kok ada disini.”

"Pas pingsannya ga ngrasain apa-apa gitu?”

“Nggak”

Memang Fura tak pernah merasakan bagaimana rasanya pingsan. Tapi justru dia pernah merasakan hal diantara kehidupan dan maut, koma berhari-hari, dan yahh dia lupa rasanya gimana, tiba-tiba aja ada di rumah sakit dengan segala hal tertancap di tubuhnya.

Upacara selesai, semua mengucap puji syukur pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena bapak kepsek tercinta tidak memberi amanat yang panjang karena setelah upacara ia harus hadir di suatu acara. Alhamdulillah. Semua siswa berhamburan meninggalkan lapangan utama menuju kelas masing-masing, tapi mungkin sebagian ada yang memilih ngacir ke kantin.

Pandangan Fura bertemu begitu saja dengan laki-laki yang tidak ia kenal. Oke, Fura mengenalnya dan dia akan berpura-pura tidak mengenalnya. Wildan terus saja memandangi gadis yang baru saja memutuskan kontak mata dengannya.

Apa gadis itu marah? Kenapa dia peduli? Fura bukan siapa-siapa baginya. Tapi tak bisa dipungkiri, Wildan masih melabuhkan hatinya pada gadis itu. Gadis cinta pertamanya, bagaimana bisa diumur segini Wildan baru menemukan cintanya, tapi memang begitu kenyataannya.

Jam pelajaran masih kosong karena masih hari pertama setelah liburan 2 minggu. Wildan sedari tadi selesai upacara masih saja nongkrong di depan kelas dengan pandangan mata yang menatap kelas di depannya, kelas XI IPS 1, walau kelas mereka terbentang lumayan  jauh tapi masih jelas untuk Wildan mengawasi kelas Fura. Berdo’a agar gadis yang ditungguinya itu keluar dari kelas.

Hari mulai siang, dan orang yang ditunggui Wildan sudah keluar dengan tumpukan buku ada dalam tangannya. Fura berjalan mengarah ke tangga untuk turun, langsung saja Wildan bergegas menuju ke arah Fura dan mengambil beberapa tumpukan buku dari tangan Fura.

Bukan main, Fura terkejut akan keberadaan kakak kelasnya ini. Kapan Wildan datang, sejak kapan Wildan ada disini, iya jawabannya baru aja. Tapi, pertanyaan yang utama Kenapa Wildan disini? Membantunya? Merasa kasihan pada orang asing?

“Kenapa bengong?” Fura mengerjapkan matanya berkali-kali, ini bukan mimpi, Wildan sudah berjalan turun dengan tumpukan buku yang lebih banyak dari yang Fura bawa.

UNTHINKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang