Cinta

271 23 0
                                    

Kamu pernah membaca quotenya Tere Liye yang ini?

Menerima seseorang menjadi bagian hidup kita adalah pekerjaan yang tidak mudah. Butuh proses, butuh keyakinan dan butuh keberanian.

Tapi ada yang lebih berat lagi. Melepaskan seseorang yang selama ini menjadi bagian hidup kita. Kita yang akhirnya tau melepaskannya adalah pilihan terbaik untuk semuanya.
.
.
.

Bona menutup payung kuning yang ia kenakan. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuknya melepaskan sedikit perasaan yang mengganjal di dadanya.

Ia membiarkan tubuhnya di basahi hujan, dengan wajah yang mengeluarkan air mata. Untuk sekali ini saja, pikirnya, ia akan menangis di bawah hujan, agar tak ada yang tau.

Lagi pula siapa yang akan peduli.
Bukankah satu satunya orang yang pernah peduli pada hidupnya sudah pergi. Atau lebih tepatnya kembali kepada keluarga yang sebenarnya.

Jadi ia menangis atau tidak, bodoh amat dengan orang lain. Untuk sekali ini saja, tegasnya lagi membatin.

Ini di bulan Maret 2019

Pagi hari bisa cerah seakan akan mentari menang melawan apapun, lalu sorenya ia mendadak bisa di taklukkan oleh awan gelap yang menurunkan hujan. Untuk ozon yang semakin menipis, itu sudah menjadi hal yang lumrah di saat sekarang ini.

Bulan maret 2019 artinya ia sudah dua bulan memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan Arbi.

Ia tak pernah menyangka bahwa ucapannya dua bulan kemarin akan benar benar terjadi. Ia tidak pernah lagi bertemu dengan Arbi.

Dan kini, untuk perasaan cinta yang masih sama besar seperti semula, kadang ia menyesali ucapannya.

Sesekali Arbi masih meneleponnya untuk satu atau dua menit, bertanya kabarnya dan juga bertanya apa ia sudah sholat atau belum. Arbi jarang sekali bertanya apa ia sudah makan atau belum, bagi Arbi pertanyaan itu sama sekali tidak keren.

Pertanyaan Arbi pasti akan selalu sama.

Adek dimana?

Udah gimana kabarnya sekarang?

Sholatnya udah?

Ya udah, abg kerja dulu ya, adek jaga diri.

Tiga atau empat kali dalam dua bulan itu ia menelepon Bona untuk pertanyaan monoton, tanpa berniat bertanya hal lain, hubungan mereka misalnya. Atau mengajak Bona bertemu atau menjelaskan tentang perasaannya yang sesungguhnya.

Iya benar, lelaki bukan makhluk yang suka memberi penjelasan, sementara wanita adalah makhluk kepastian. Yang butuh penjelasan panjang lebar.

Bona berhenti berjalan setelah sampai di halte. Seluruh tubuhnya basah kuyup, bukan hanya dia yang seperti itu, beberapa yang meneduh di halte juga bergelimangan air hujan.

Bedanya mereka tak punya payung seperti payung kuning Bona yang mereka pelototi, heran kenapa tidak di pergunakan.

Bus menuju tempat kosnya sudah datang tapi Bona masih duduk di halte. Ia mungkin akan membiarkan beberapa bus lewat begitu saja, untuk membiarkan dirinya magrib di halte, agar hari lebih gelap dan ia sudah merasa kelelahan.

Hanya agar ia cepat tertidur tanpa harus teringat Arbi dan kenangannya terlebih dahulu.

Masih ada dua orang lainnya di halte saat seseorang datang menghampiri Bona yang penglihatannya sudah kabur. “Adek,” panggil orang tersebut, Arbi. Ia baru melintas ingin kembali ke rumah ketika matanya bergerak sendiri menatap halte dan membuat kakinya di luar kendali menekan pedal rem.

Titik Nol (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang