Resiko Jatuh Cinta

271 22 1
                                    

Bona kegirangan setelah gajinya di transfer ke rekeningnya. Ia punya janji untuk pergi kencan malam ini dengan Arbi, dan ia akan menyisihkan sebagian gajinya untuk membeli pakaian baru.

Memang ya, saat kita sedang kasmaran, kita juga akan selalu ingin terlihat cantik dimata lelaki yang disukai. Bagi sebagian umum, cara menjadi cantik itu adalah punya fashion yang menarik dan make up natural yang sempurna.

Dan bagi Bona yang benar benar sedang mencintai Arbi, bodoh amat dengan masalah keuangan yang akan menderanya di pertengahan bulan nanti.

Selepas pulang kerja, Bona langsung menjelajahi toko toko lain yang ada di mall tempatnya bekerja. Jika ia membeli pakaian di tempat butiknya bekerja, maka gajinya akan langsung ludes saat itu juga. Ia sibuk kesana kemari untuk menemukan pakaian yang pas, pakaian yang terlihat anggun tapi harganya tidak melilit leher.

Setelah dua jam berkeliling, ia akhirnya menemukan gaun putih berukuran 7/8 mata kakinya bagian lengan sampai ke dadanya terdapat brukat yang membuatnya tampak mewah. Pilihan Bona jatuh ke gaun itu.

Malamnya, untuk pertama kalinya Bona menghabiskan sejam di depan kaca mematut diri, melihat bagaimana penampilannya. Jatuh cinta itu indah, ketika saat saat kasmaran dan dimabuk kepayang.

Bona tau, selain kasmaran, jatuh cinta punya banyak resiko, tapi ia ingin menikmati semua proses itu. Asalkan melewatinya bersama Arbi, semuanya akan baik baik saja.

Arbi datang selepas magrib. Bona tak pernah benar benar tau, kenapa selalu menjemputnya selepas magrib. Setiap ditanya kata Arbi karena disitu jam istirahatnya agak panjang.

Ditambah Arbi tak ingin memulangkan Bona ketika malam sudah terlalu larut.

Seperti sudah kebiasaan Arbi, ia akan mengobrol sejenak dengan ibu kos, lalu berpamitan untuk membawa bona. Tak ada yang tak suka dengan kehadiran Arbi. Ketiga teman kos Bona pun amat menyukainya, karena wajahnya yang super menawan, ditambah sikapnya yang dewasa, ditambah lagi ia tak pernah membiarkan Bona pulang tanpa membawa makanan apapun.

Bagi ibu kos ia seperti melepas putri kandungnya untuk jalan dengan lelaki pilihan setiap kali Arbi berpamitan dengannya.

“Kayaknya ada yang beda deh sama adek malam ini,” Arbi melirik penampilan Bona.

Iya dengan rambut di catok dan make up yang diusahakan senatural mungkin.Padahal ya sebenarnya sudah di tempel primer, foundation, loose powder, dan banyak lagi.

“Gak kok biasa aja,” elaknya berusaha bersikap biasa.

“Kalo sama abg, gak usah peduliin penampilan dek, abg juga ngak pernah lama bisa nemenin adeknya.”

“Ya itu normal kan, kalo adek pengen kelihatan cantik di depan pacar sendiri?”

“Emang abg pernah bilang adek ngak cantik? You always beatifull in my eyes, Bona. Always. Tapi makasih banyak untuk penampilannya malem ini, pasti bakal buat abg kepikiran sampe subuh deh.”

Bona senyum senyum malu mendengarnya. Ya ampun, kasmaran benar benar indah. Bagi Bona, menghadapi apapun di masa depan pasti takkan membuatnya kesulitan selam ada Arbi disisi.

Di tengah cengar cengirnya, Bona melihat sesuatu tergantung di kaca depan. Kartu identitas Arbi.
Bona memegang kartu yang bergoyang tersebut, lalu membacanya. Sekejab itu ia langsung shock melihat kartu identitas Arbi.

Arbi bekerja di KPK.

“KPK?” tanya Bona meminta penjelasan.

Arbi mengusap wajahnya sejenak. Apapun yang disembunyikan pasti akan terungkap suatu saat nanti.

Titik Nol (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang